Dalam pidatonya, Engkus Sutisna menekankan bahwa Gong Perdamaian bukan sekadar simbol, melainkan sebuah pengingat akan pentingnya menjaga kedamaian di tengah masyarakat yang majemuk.
"Gong ini adalah simbol penting yang mengajak kita semua untuk menyebarkan pesan perdamaian tanpa memandang ras, suku, atau agama," ujar Engkus.
Ia juga berharap agar milangkala Gong Perdamaian ini dapat menjadi momentum bagi masyarakat Ciamis untuk lebih memahami arti penting perdamaian dalam kehidupan sehari-hari.
Engkus menegaskan bahwa Ciamis, dengan Gong Perdamaiannya, diharapkan bisa menjadi teladan bagi daerah lain dalam menciptakan suasana yang damai dan harmonis.
Kegiatan ini diperkaya dengan berbagai acara budaya dan pementasan yang melibatkan tokoh-tokoh lokal serta tamu undangan dari luar daerah.
Acara tersebut tidak hanya merayakan simbol perdamaian, tetapi juga menjadi ajang untuk memperkenalkan budaya lokal kepada khalayak yang lebih luas.
Gong Perdamaian Dunia, yang telah menjadi simbol internasional, dibunyikan lagi di Jenewa, Swiss, pada 5 Februari 2003 dalam acara Global Summit One Piece Through Tourism, dan sejak saat itu terus berkeliling dunia untuk menyebarkan pesan damai.
Ciamis sendiri menjadi satu-satunya kabupaten di Jawa Barat yang memiliki Gong Perdamaian Dunia, yang didirikan sejak 9 September 2009 di Situs Karangkamulyan, sebuah tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi sebagai cikal bakal perdamaian di Tanah Galuh.
Dengan peringatan yang digelar tahun ini, harapan besar diungkapkan agar semangat perdamaian yang diusung oleh Gong Perdamaian ini terus bergema, tidak hanya di Ciamis, tetapi juga di seluruh dunia, mengajak semua untuk hidup dalam harmoni dan kedamaian.
Editor : Asep Juhariyono