TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Pemerintah Kota Tasikmalaya menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Percepatan Penurunan Stunting Semester 1 untuk tahun 2024 di Ballroom Hotel Horison, Jalan Yudanagara, Kecamatan Cihideung, pada Senin (5/8/2024).
Acara ini dihadiri oleh Asisten Daerah (Asda 1) Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat, Plt Kepala DPPKBP3A, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan, perwakilan dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Kepala UPTD Puskesmas, serta Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di tingkat kecamatan dan kelurahan se-Kota Tasikmalaya.
Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi dan memastikan pelaksanaan konvergensi dalam upaya penurunan stunting di wilayah Kota Tasikmalaya.
Kabid Pemerintahan dan Pembangunan Manusia pada Bappelitbangda Kota Tasikmalaya, Sandi Jaelani, menekankan bahwa program pencegahan stunting memerlukan kesabaran dan pendampingan intensif. Ia menyatakan bahwa pemberian makanan tambahan (PMT) yang bergizi saja tidak cukup untuk mengurangi angka stunting.
"Evaluasi semester 1 ini untuk mengecek kesiapan dan melihat kemungkinan data stunting yang naik. Beberapa daerah masih di atas rata-rata, dan itu menjadi acuan kita untuk melakukan intervensi ke lapangan, khususnya di kelurahan yang menjadi sasaran," kata Sandi.
Dari sistem pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (E-PPBGM), Sandi menyebutkan bahwa data stunting saat ini mencapai 11,78 persen, naik dari 10,75 persen di tahun sebelumnya. Data per kecamatan menunjukkan bahwa Kecamatan Indihiang memiliki angka stunting tertinggi dengan 16,79 persen, diikuti Kecamatan Kawalu dengan 16,35 persen, dan Kecamatan Cibeureum dengan 13,31 persen.
Untuk mengatasi masalah ini, Pemkot Tasikmalaya meluncurkan program Dapur Masyarakat Khusus Stunting (Damaskus) yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak-anak stunting melalui menu yang disusun oleh tim ahli gizi.
"Alhamdulillah, intervensi pengentasan stunting efektif. Beberapa dinas sudah kita arahkan dan berikan pemahaman. Intervensi ke lapangan harus kita lakukan. Program Damaskus juga sudah diluncurkan," ucap Sandi.
Sandi menambahkan bahwa menu-menu yang disediakan oleh Damaskus telah diukur nilai gizinya. Selain memastikan pemenuhan gizi tepat sasaran, Damaskus juga memperhatikan komposisi makanan agar sesuai dengan kebutuhan. "Harga setiap menu telah ditetapkan per RKA, dan tim yang terdiri dari ahli gizi telah mencobanya," jelasnya.
Ia memaparkan bahwa intervensi dilakukan di setiap puskesmas, dengan sekitar 2000 balita dan beberapa ibu hamil sebagai sasaran program. "Itu yang menjadi sasaran. Ada kegiatan PMT lokal bagi mereka," tandas Sandi.
Editor : Asep Juhariyono