“Awalnya aku di Denpasar, Bali cuma mau kabur dari keluarga. Setelah itu, aku kehabisan uang ya udah terus cari jalan pintas ini (PSK online),” ucap Sarah.
Ketika pertama kali menjual diri, dia sempat ketakutan. Dia ditawari teman prianya yang doyan main PSK untuk berhubungan seks. Karena tak memiliki pilihan lantaran tinggal di kota orang dan jauh dari keluarga, Sarah mengiyakan.
Upah sekali kencan untuk pertama kalinya dia dapat Rp750 ribu. Uang itu tidak dia manfaatkan sebaik mungkin, misalnya kembali kepada keluarganya di Bandung.
“Uang kencan habisnya cepet. Besoknya aku cari pelanggan lagi,” kata Sarah.
Sempat menaikkan tarif Rp1 juta untuk layanan short time, rupanya harga itu dinilai terlalu mahal. Sarah kemudian menurunkan tarif hingga disepakati Rp500 ribu.
Lewat mulut ke mulut pelanggannya, Sarah memiliki daftar tunggu pelanggan. Artinya, jadwal kencan yang padat membuat sang tamu terpaksa menunggu. “Sempat dua bulan di Bali, aku akhirnya ke Balikpapan setelah diajak temanku,” ujarnya.
Seperti di Bali, di Balikpapan pun Sarah tak kehilangan pelanggannya. Beberapa pelanggan setia yang dikenal di Bali merekomendasikan Sarah kepada sejumlah pria hidung belang. Selama tinggal di beberapa kota besar itu, dia kerap berpindah-pindah hotel.
Satu kamar hotel yang dia huni tak pernah lebih dari 3 hari. “Tapi, setelah di Jakarta terkadang capek yang begitu akhirnya di sini (Jakarta) aku masuk ke lokalisasi sebelum freelance sekarang,” katanya.
Selain Bali, Balikpapan, Jakarta, Sarah juga pernah melakukan perjalanan sebagai pekerja seks ke Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Makassar.
Seluruh kota di beberapa Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi itu Sarah nikmati sekitar 2,5 tahun saat dirinya memberanikan keluar dari rumah tantenya di Bandung.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta