Akan tetapi, menurut dia, yang jadi masalahnya, industri tusuk sate yang semuanya menggunakan mesin, standar produksi perharinya tidak bisa menyuplai ke pasar melebihi kemampuan produksinya.
"Rata-rata per hari 2 kwintal sampai 3 kwintal, kita ambil bersihnya sekitar 6 ton per bulan. Jadi, alhamdulillah meningkatnya luar biasa," ujarnya.
Untuk bahan baku tusuk sate, Karto menyebut, dirinya tidak menemukan masalah. "Alhamdulillah, kalau untuk bahan baku di Priangan sangat melimpah, terutama Tasik Selatan, kabupaten itu sangat banyak bahan baku. Saya kira untuk industri ini tidak akan kurang," ucap Karto.
Dirinya mengungkapkan, usaha yang dijalaninya itu sudah dilakukan saat masih mengontrak di wilayah Kecamatan Kawalu pada 2011.
"Awalnya saya ngontrak di LIK yang di Kawalu, itu tahun 2011. Untuk mitra itu, Cipatujah, Cikalong, Langkap Rancar, dan Cineam. Jadi 4 di luar untuk suplai prodak setengah jadi ke saya, finishing semuanya di sini," jelas dia.
Dari segi harga, Karto menyampaikan, per kilogramnya ia menjual seharga Rp15 ribu untuk distributornya.
"Ini hitungannya 1 kg aja ya, kalau 1 kg saya masuk ke distributor itu Rp15 ribu, itu masuk ke distributor. Nanti distributor packing sendiri, untuk retailnya itu sekitar Rp18 ribuan," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono