CIAMIS, iNewsTasikmalaya.id - Sebanyak 85 rumah di empat desa di empat kecamatan di Kabupaten Ciamis terdampak pergerakan tanah yang dipicu oleh cuaca ekstrem.
Puluhan rumah warga yang terdampak pergerakan tanah tersebut berada di Desa Buniasih, Kecamatan Sindangkasih, Desa Darmacaang, Kecamatan Cikoneng, Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti, dan Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan.
Puluhan rumah yang terdampak pergerakan tanah tersebut lokasinya berada di kawasan kaki Gunung Sawal. Sebanyak 38 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 137 jiwa terpaksa mengungsi ke mushola dan rumah kerabat yang cukup aman.
“Lokasi terparah di Desa Budiasih, Sindangkasih, 41 KK terdampak pergerkan tamah. Sebanyak 22 KK (87 jiwa) mengungsi,” ujar Kalak BPBD Ciamis Ani Supiani, Minggu (5/5/2024).
Hujan ekstrem yang mengguyur wilayah Ciamis dan sekitarnya hampir setiap sore sampai malam selama seminggu sejak 25 April 2024, tidak hanya memicu pergerakan tanah, tapi menyebabkan tanah longsor di belasan lokasi di kawasan Ciamis Utara seputar kaki Gunung Sawal.
Lokasi pergerakan tanah yang terparah berada di Desa Buniasih, Kecamatan Sindangkasih. Sedikitnya 44 rumah terdampak dan 22 rumah ditinggalkan penghuninya mengungsi.
"Ada 87 orang yang mengungsi karena rumah mereka terancam ambruk. Lantai, dinding bahkan halaman rumah retak-retak akibat pergerakan tanah. Serta di Dusun Cihideung II, 3 rumah terdampak 3 KK penghuninya (6 jiwa) mengungsi," ungkap Ani.
Lanjut Ani, di Desa Sukamaju, Kecamatan Cihaurbeuti, yakni di Dusun Sukamaju, sebanyak 13 rumah terdampak pergeseran tanah. Semua penghuninya (13 KK atau 44 jiwa) mengungsi.
"Di Dusun Subang, Desa Darmacaang, Kecamatan Cikoneng, 19 rumah terdampak pergerakan tanah. Namun, penghuninya tidak sampai mengungsi," ucapnya.
Ia menambahkan, di Dusun Pamekaran, Desa Payungagung, Kecamatan Panumbangan, ada 9 rumah yang terkepung fenomena retakan tanah.
Kendati demikian, sebanyak 31 jiwa (9 KK) penghuninya tidak sampai mengungsi.
"Kami sudah mendsitribusikan paket bantuan bagi warga yang terdampak pergerakan tanah tersebut," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono