Tak hanya kebal digergaji, ahli seni debus ini juga sempat mepertontonkan senjata tajam yang ditusuk-tusukkan ke tubuhnya, tapi tak membuat luka sedikit pun.
Pamentasan seni budaya debus dan lais di Lapangan Burujul ini, dimainkan oleh grup debus Datuk Panglima Kumbang Sabodo. Digelar atas kerjasama dengan Karang Taruna Rancage, Desa Raksasari.
Tujuannya tak lain untuk memperkenalkan seni budaya debus kepada generasi muda warga sekitar, sekaligus melestarikannya.
Sejak pagi warga sudahberdatangan dan berkumpul di tepi lapangan. Meraka ingin menyaksikan secara langsung atraksi seni melukai diri dengan benda tajam tapi tak membuat terluka pelakunya alias kebal.
Bambang mengapresiasi pihak penyelenggara yang telah menggelarkan acara langka yakni pagelaran seni budaya debus, apalagi ditonton langsung warga secara gratis.
"Alhamdulillah, terinakasih kepada pihak Karang Taruna selaku panitia yang telah mengangkat seni budya Sunda melalui pagelaran lais dan debusdan diperdembahkan secara gratis," ujar Bambang.
Ahli seni debus, Grey, mengatakan, pagelaran debus dan lais yang merupakan atrakasi "karuhun" (leluhur), tujuan memperkenalkan seni budaya kepada generasi muda sekaligus sebagai upaya pelestarian budaya agar tidak punah.
"Kami dari komunitas seni Datuk Panglima Kumbang Sabodo, sengaja pentas di sinj dalam rangka melestarikan seni budaya khas juga sebagai ajang ekspresi kami," kata Grey.
Terkait aksi debus dengan menggunakan chainsaw yang bikin ngeri, Grey menegaskan, mengolah seni debus tidak bisa instan, butuh perjalanan panjang terutama dalam hal maripat kepada sang pencipta Allah SWT.
"Ini juga untuk meyakini bahwa kesenian leluhur ini adalah kesenian yang baik dan perlu dilestarikan," ujar Grey.
Editor : Asep Juhariyono