TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Yayasan Sunda Ngahiji menggelar prosesi budaya Ngertakeun Cai di Situ Cibeureum, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya pada Sabtu (11/11/2023). Acara ini merupakan upaya untuk merayakan dan melestarikan tradisi perkawinan air dari 4 penjuru wilayah Kota Tasikmalaya.
Ngertakeun Cai dihadiri oleh berbagai tokoh, termasuk Penjabat (Pj) Wali Kota Tasikmalaya, Cheka Virgowansyah, Sekda Kota Tasikmalaya, Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat, DPRD Kota Tasikmalaya, Kadisporabudpar, TNI-Polri, seniman budaya, serta perwakilan dari tujuh negara, yaitu Australia, Ukraina, Azerbaijan, Ceko, Timor Leste, Bangladesh, dan Papua Nugini. Selain itu, 20 orang perwakilan dari Dayak Kalimantan turut hadir dalam acara tersebut.
Sebelum air ditumpahkan di Situ Cibeureum, prosesi Ngertakeun Cai dimulai dengan mengambil air dari empat penjuru wilayah Kota Tasikmalaya, yaitu air Sumber Eyang Jagaraksa di Purbartu, mangkubumi Cipawitra, Sumber Air Cibeas Syekh Abdul Ghorib, dan Pendopo Tasikmalaya. Kemudian, air dari keempat tempat tersebut diarak sambil berjalan kaki dari pusat kota.
Ketua Pelaksana acara, Tatang Pahat, menjelaskan bahwa Ngertakeun Cai merupakan upaya untuk menghidupkan kembali budaya masa lalu dalam rangka peringatan Milangkala ke-6 Yayasan Sunda Ngahiji. Acara ini bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan kearifan lokal terutama terkait air yang sering terlupakan.
"Budaya zaman dahulu yang sengaja diangkat kembali ini dalam rangka Milangkala ke-6 Yayasan Sunda Ngahiji, yang menginginkan untuk kembali menjesahterakan air yang selama ini sebagian orang sudah melupakan kearifan lokal," ungkap Tatang.
Ngertakeun Cai diharapkan dapat memunculkan kearifan lokal yang telah punah dan menjadi kesempatan untuk menggali potensi Undang-Undang No 5 tentang Pemaduan Kebudayaan. Tatang menegaskan bahwa air memegang peranan penting dalam kehidupan, dan melalui Ngertakeun Cai, kearifan budaya terkait air dapat dihidupkan kembali.
Editor : Asep Juhariyono