get app
inews
Aa Read Next : 232 Calon Anggota PPK Pilkada 2024 Ikuti Seleksi Tertulis CAT yang Digelar KPU Kota Tasikmalaya

Melihat Lebih Dekat Desa Sentra Kolang-Kaling di Tasikmalaya

Sabtu, 15 Januari 2022 | 16:19 WIB
header img
Melihat Lebih Dekat Desa Sentra Kolang-Kaling di Tasikmalaya. Penjual kolang kaling di jalur Salawu-Garut Kabupaten Tasikmalaya, sedang mengolah dan memilah kolang-kaling. (Foto:iNewsTasikmalaya.id/Nanang Kuswara).

TASIKMALAYA, iNews.id - Melihat Lebih Dekat Desa Sentra Kolang-kaling di Tasikmalaya akan dibahas dalam artiketl ini. Desa Tanjungsari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, sejak dulu telah menjadi desa sentra penghasil kolang-kaling yang menjadi rujukan dan bahkan tujuan bandar besar dari berbagai daerah. 

Tak hanya musiman ketika hendak memasuki bulan puasa, tapi kolang kaling di sana tetap di produksi untuk memenuhi permintaan kebutuhan membuat manisan dan lain sebagainya. 

Meskipun banyak pula kolang-kaling yang datang dari berbagai desa di kecamatan lain di Kabupaten Tasikmalaya, tapi bandar besar lebih mengetahui daerah tersebut untuk mendapatkannya. 

“Disini memang sudah sejak nenek moyang dulu, turun temurun kepada anak-anaknya. Menanam pohon aren sudah menjadi keharusan, karena memang manfaat yang dihasilkannya sangat banyak. Bukan hanya kolang kaling saja, tetapi juga gula aren, ijuk, sapulidi, tepung aci, hingga batang pohonnya bisa dimanfaatkan untuk bangunan,” ungkap Apid,40, salah seorang warga Desa Tanjungsari. 

Pada hari-hari biasa memang permintaan kolang-kaling tidak banyak, meskipun produksi tetap berjalan seperti biasanya. Namun, dua bulan sebelum memasuki bulan puasa dipastikan seluruh warga di sana mempersiapkan produktivitas kolang-kalingnya. 

Setiap harinya rata-rata warga menghasilkan 50kg kolang kaling yang kemudian dijual kepada pengepul yang merupakan warga di sana. 

Para pengepul pun mengaku, jika kolang-kaling yang dikumpulkannya tidak berasal dari wilayah Desa Tanjungsari semuanya. Namun, sejumlah desa lain yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya juga menjual kolang kalingnya ke wilayah tersebut. 

Hal itu berkaitan dengan banyaknya bandar besar yang mencari ke sana, tidak ke wilayah lain seperti Desa Pamijahan di Kecamatan Bantarkalong yang juga dikenal dengan kolang kalingnya yang memiliki kualitas sangat baik. 

“Yang datang mencari biasanya dari Jawa Tengah, Jawa Timur, bahkan hingga Bali, atau ada juga yang menelepon minta dikirim sekian ratus kilogram dimana uangnya sudah ditransfer terlebih dahulu sesuai kesepakatan harga dan ongkos kirimnya. Lumayan besar juga hasilnya, meskipun saya hanya mengambil keuntungan paling besar hingga Rp2.000 juga,” kata salah seorang pengepul kolang-kaling, Rohman (45). 

Disisi lain, banyak pula warga Desa Tanjungsari yang justru membuka gubuk pinggir jalan raya Salawu – Garut yang sudah banyak berdiri saat ini. 

Mereka mengolah kolang-kaling di pinggir jalan, untuk kemudian dijual secara langsung kepada para pengendara yang melintas. Terlebih jalur ini merupakan kawasan ramai yang dilintasi para pengendara yang hendak menuju wilayah Bandung ataupun wilayah Jawa Tengah. 

Sebut saja Ajat (35) bersama dengan empat saudaranya telah membawa puluhan kilo kolang-kaling yang baru diambil dari pohonnya untuk kemudian direbus dan dikeluarkan isinya. Kolang-kaling mentah biasa dibawa dari pohon aren miliknya ataupun membeli kepada warga lain dengan harga yang cukup murah. 

“Sudah sejak seminggu memang mendirikan tempat disini lengkap dengan drum untuk merebus kolang-kaling, saya memang selalu berjualan di sini dan untungnya lumayan. Risiko mengolah kolang-kaling adalah ketika terkena getahnya selalu disertai rasa gatal yang teramat sangat. Namun, keuntungan yang cukup menggiurkan tersebut tidak membuatnya saya jera untuk terus berjualan,” ujar Ajat seraya tersenyum. 

Harga kolang kaling kini bisa mencapai Rp15 ribu untuk setiap kilogram. Ajat dan keluarganya mengaku, penjualan tidak menentu terkadang laku 5 hingga 10 kilogram setiap harinya terkadang kurang. 

Hal itu disiasatinya dengan mengirimnya ke pasar jika stock terlalu banyak. Namun, dengan hanya berjualan disana pun sebenarnya sudah untung dan dibagi-bagikan dengan keluarga yang lain. 

Penjual lainnya, Dudung (50) mengaku, penjualan kolang-kaling sebenarnya tidak selalu pada bulan puasa dan biasa dijual dipasar untuk keperluan es campur dan makanan lainnya. 

“Tetapi memang ramainya pada saat bulan puasa karena setiap orang selalu menyukai buka puasa dengan es kolang kaling yang menyegarkan, permintaan hingga saat ini cukup tinggi baik ditempat pinggir jalan ini ataupun ke pasar,” imbuh Dudung. 

Di Kabupaten Tasikmalaya sendiri telah berdiri Forum Komunikasi Aren Hutan Galunggung yang menerapkan program pengelolaan Hutan Lestari di lahan hutan rakyat yang tergabung dalam Unit Manajemen Hutan Rakyat (UMHR) di 3 kecamatan dengan jumlah petani sebanyak 1.800 orang, yaitu Kecamatan Bantarkalong dengan 7 desa dan 300 orang petani, Kecamatan Bojonggambir dengan 5 desa dan 1.300 petani aren, serta Kecamatan Pageurageung dengan 2 desa dan 200 petani.

Kelompok ini telah melakukan analisa usaha-usaha gula aren dengan lokasi kajian di Kecamatan Bojonggambir. Hasilnya ternyata sangat mencengangkan di mana apabila petani mempunyai 1 Hektar dengan populasi aren sebanyak 277 pohon yang dikelola secara intensif akan menghasilkan 2.656 liter nira perhari yang akan menjadi 369 kilogram gula merah.

Sehingga jika diperhitungkan akan mendapat pendapatan kotor sebesar Rp4.797.000 perhari bila harga gula merah Rp13.000 perkilogram. 

Kemudian apabila dikumulatifkan dalam setahun, petani aren hutan akan mendapat pendapatan kotor sekitar Rp1.726.920.000. 

Melihat hasil yang sangat menggiurkan itulah kemudian Pemkab Tasikmalaya kini semakin fokus untuk pembudidayaan pohon aren di sejumlah kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. 

Bahkan kerjasama dengan Dinas Kehutanan Pemprop Jabar pun semakin intensif dilaksanakan yang rencana meliputi berbagai aspek, di antaranya rekayasa Agrofestry Aren Hutan Galunggung, rekayasa industri hasil hutan, rekayasa kelembagaan melalui pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Aren Hutan Galunggung, pengembangan Agrofestry Keunggulan Komparatif Indikasi Geografis Aren Hutan di Kabupaten Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut, seluas 15.000 Hektar. 

Di samping itu, dishut juga melakukan pergeseran pola konsumsi dari gula pasir tebu ke gula pasir aren yang akan mengurangi beban lahan untuk pangan dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.***

Editor : Asep Juhariyono

Follow Berita iNews Tasikmalaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut