JAKARTA, iNewsTasikmalaya.id – Sejumlah hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia dapat Anda simak dalam ariktel ini.
Pemerintah melindungi sejumlah hewan langka dan terancam punah yang ada di Indonesia. Beberapa hewan yang dilindungi ini merupakan hewan endemik atau asli hewan dari Indonesia.
Dengan adalah aturan yang melindungi hewan tersebut, kelestarian hewan yang ada di Indonesia dpaat terjaga dan tidak akan mudah punah.
Saking banyaknya keberanekaragaman jenis satwa yang ada di Indonesia, negara ini pun mendapat julukan “The Lost Word of Asia” dan menjadi rumah bagi beberapa hewan langka.
Kelangkaan hewan disebabkan oleh perburuan liar dan penyempitan lahan. Merebaknya populasi manusia dan pembangunan yang kian marak akhirnya berbuntut pada penggundulan lahan hutan sehingga ekosistem atau habitat hewan menjadi menyempit.
Untuk melindungi hewan dari kepunahan, pemerintah pun membuat peraturan terkait perlindungan flora dan fauna Indonesia. Peraturan tersebut tertuang dalam PP No.7 Tahun 1999 seperti dikutip dari laman peraturan.bpk.go.id.
Lantas apa saja hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indoenesia?
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ini 9 hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia:
1. Burung Cendrawasih
Burung Cendrawasih merupakan burung asli dari Papua. Burung ini menjadi maskot Papua karena memiliki bulu yang indah sehingga memiliki julukan “Bird of Paradise” di Eropa.
Karena keindahan bulunya tersebut membuat burung Cendrawasih kerap dijadikan bahan buruan dan perdagangan.
Kendati demikian, habiata asli burung Cendrawasih di wilayah pengamatan Balan Tanam Nasional Lorentz (BTN Lorentz) di Timika masih terjadi seperti dikutip dari ksdae.menlk.go.id.
2. Orang Utan
Orang Utan merupakan primata terbesar di Asia. Orang Utan hanya dapat ditemukan di Pulau Kalimantan. Dalam 20 tahun terakhir, populasi Orang Utan di Kalimantan mengalami penurunan sebesar 55 persen.
Faktanya, pada 1998 sampai 1999 penurunan populasi Orang Utan Kalimantan mencapai 1000 ekor per tahun.
Pada 2004 diprediksi jumlah Orang Utan Kalimantan ini berjumlah kurang dari 54.000 ekor saja. Hal ini disebabkan oleh kerusakan habitat dan perbuaruan liar.
3. Gajah Sumatera
Habitan Gajah Sumatera berada di Provinsi Bengkulu. Gajah Sumatera kini terancam punah. Hal itu diduga akibat penyusutan kawasan hutan akibat berbagai kepentingan.
Saat ini rumah terakhir untuk Gajah Sumatera hanya terdapat di kawasan Bentang Seblat, tepatnya di perbatasan Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko.
Populasi Gajah Sumatera semakin berkurang yang diperkirakan hanya terdapat 2.000 ekor saja di Di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).
4. Jalak Bali
Sesuai namanya, Jalak Bali merupakan burung endimis dari Pulau Bali. Jalak Bali termasuk ke dalam hewan yang terancam punah. Jika tidak dilindungi, tidak menutup kemungkinan burung Jalak Bali ini akan punah menyusul hewan endemik Bali lainnya yaitu Harimau Bali.
Populasi Jalak Bali di alam liar diperkirakan hanya belasan saja. Jalak Bali memiliki ciri bulu yang putih bersih dengan corak kulit biru yang khas di sekitar matanya.
5. Harimau Sumatera
Hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia lainnya adalah Harimau Sumatera. Hewan liar ini memiliki panjang rata-rata 2 meter dengan berat 140 kg.
Saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera mulai berkurang yang disebabkan adanya penyempitan lahan dan perburuan liar. Tak hanya itu, organ tubuh dari Harimau Sumatera ini kerap diperdagangkan di pasar gelap.
Selama kurun waktu 1998 hingga 2000, tercatat sebanyak 66 ekor Harimau Sumatera terbunuh. Saat ini, Harimau Sumetera hanya berjumlah sekitar 500 ekor di alam liar.
6. Badak Jawa
Badak Jawa atau badak bercula satu (Rhinoceros sondaicus) merupakan hewan mamalia paling langka di dunia. Badak Jawa ini hanya ditemukan di Asia Tenggara saja dan jumlahnya saat ini hanya berkisar 60 sampai 70 ekor di Tiongkok. Sementara itu, di Indonesia jumlah Badak Jawa hanya berkisar 40 sampai 50 ekor saja.
Populasi Badak Jawa di Indonesia jumlahnya terus menyusut karena perburuan liar yang mengincar culanya. Tak hanya itu, Badak Jawa juga sulit untuk berkembang biak dan hanya hidup selama 80 tahun.
7. Komodo
Komodo merupakan kadal raksasa endemik Indonesia. Komodo terdapat di pulau-pulai eksoteis di Indonesia seperti di Pulau Komodo, Rinca, Flores, dan Padar.
Komodo termasuk salah satu hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia.
Perdaganan di pasar gelap menjadi salah satu penyebab hewan ini banyak diburu. Kadal terbesar di dunia ini memiliki panjang 3 meter dan saat ini jumlahnya di alam liar diperkirakan sekitar 2.700 sampai 3.000 ekor.
8. Kucing Merah Kalimantan
Kucing Merah (Pardofelis badia) atau dikenal juga dengan nama Kucing Teluk Borneo adalah hewan endemik di pulau Kalimantan. Melansir dari authentic-indonesia.com, kucing langka ini memiliki bulu berwarna coklat kemerahan, dengan perut yang lebih pucat dari punggungnya.
Kucing Borneo saat ini jumlahnya mulai berkurang disebabkan rusaknya habitat. Kini jumlahnya di alam liar hanya sekitar 2.500 ekor saja. Populasinya juga selalu menurun dari tahun ke tahun.
9. Elang Flores
Hewan langka dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia yang terakhir adalah Elang Flores. Burung ini terkenal dengan kegagahannya di udara.
Ukuran tubuh Elang Flores bisa mencapai 55 cm untuk ukuran dewasa. Ciri khas dari Elang Flores ini adalah kepalanya yang berambut putih dengan tubuh berwarna coklat kehitaman.
Seperti halnya Komodo, Elang Flores hanya bisa ditemukan di beberapa pulau di wilayah Timur Indonesia, seperti di Pulau Flores, Sumbawa, Lombok, Satonda, Paleo, Komodo, dan Rinca.
Populasi Elang Flore saat ini kurang dari 250 ekor di alam liar. Burung ini sangatlah langka dan terancam punah sehingga termasuk salah satu hewan yang dilindungi di Indonesia.
Artikel ini telah diterbitkan di halaman SINDOnews.com pada oleh dengan judul "9 Hewan yang Dilindungi di Indonesia, Nomor 8 hanya Tersisa Belasan".
Itulah 9 hewan langkah dan terancam punah yang dilindungi di Indonesia, Nomor 7 Kadal Terbesar di Dunia.
Editor : Asep Juhariyono