TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Gua Pamijahan adalah salah satu destinasi wisata religi yang populer di Tasikmalaya Jawa Barat.
Makam Waliyullah Syekh Abdul Muhyi dan gua Safarwadi yang diyakini sebagai tempat petilasan Syekh Abdul Muhyi merupakan lokasi bersejarah yang sangat populer dan banyak dikunjungi para peziarah.
Jalan setapak yang ada di dalam gua cukup kecil menjadi tantangan tersendiri bagi para pengunjung. Dan konon kabarnya terdapat lorong yang menembus ke Makkah di dalam gua tersebut.
Sejarah Gua Pamijahan dan Syekh Abdul Muhyi
Saat berusia 27 tahun, Syekh Abdul Muhyi dibawa oleh Syekh Abdul Rouf bin Jabar untuk menunaikan haji bersama teman-temannya. Ketika berada di sana, sang guru mendapatkan ilham ada salah satu santrinya akan mendapatkan gelar pangkat sebagai seorang wali.
Diceritakan, jika sang guru telah mendapat petunjuk, dia harus menyuruh santri tersebut untuk mencari gua dan bermukim di sana. Tiba-tiba Syekh Abdul Rouf melihat ada cahaya dari Masjidil Haram bersinar ke salah satu santrinya, yaitu Syekh Abdul Muhyi.
Sang guru Syekh Abdul Rouf kemudian yakin, santri itulah yang menerima tanda-tanda kewalian. Syekh Abdul Muhyi dinikahkan dengan Ayu Bakta Putri yang merupakan Sembah Dalem Sacaparana.
Tak lama setelah keduanya menikah, Syekh Abdul Muhyi bersama istrinya berangkat menuju arah barat dan sampailah mereka di daerah yang bernama Darma Kuningan. Syekh Abdul Muhyi dan istrinya menetap di sana selama tujuh tahun atas permintaan penduduk setempat.
Orang tua Syekh Abdul Muhyi yang mendengarnya langsung ikut menetap di Kuningan. Syekh Abdul Muhyi memulai usahanya mencari gua tersebut.
Dia mulai menanam padi, namun berkali-kali belum juga berhasil. Gua tersebut akan ditemukan, ditandai jika padi yang dipanen hasilnya tidak lebih dan kurang. Artinya gua tersebut ada di sana.
Namun, berkali-kali hasil panennya selalu melimpah. Setelah menetap tujuh tahun di sana, akhirnya Syekh Abdul Muhyi berpamitan untuk kembali melanjutkan perjalanan mencari gua.
Kemudian sampailah di Pameungpeuk yang saat ini masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Garut. Syekh Abdul Muhyi menetap selama satu tahun sembari menyebarkan agama Islam saat itu mayoritas penduduknya beragama Hindu.
Setelah satu tahun kemudian ayah Syekh Abdul Muhyi, Sembah Lebe Warta Kusumah wafat. Jenazah ayahnya dimakamkan di kampung Dukuh, di tepi Kali Cikaengan.
Beberapa hari setelah pemakaman ayahnya, Syekh Abdul Muhyi kembali melanjutkan perjalanan untuk kembali mencari gua tersebut.Dia sempat bermukim di daerah Batuwangi.
Kemudian perjalanannya di lanjutkan sampai di daerah Lebaksiu dan Syekh Abdul Muhyi bermukim di sana. Syekh Abdul Muhyi akhirnya kembali untuk melanjutkan perjalanannya menuju gunung kampung Cilumbu.
Editor : Asep Juhariyono