TASIKMALAYA, iNews.id - Jembatan Cikembang 2 di Dusun Cikembang, Desa Karyamandala, Kecamatan Salopa, Kabupaten Tasikmalaya, terputus akibat badan tanah pondasi jembatan bergerak tergerus aliran sungai di bawahnya.
Akibatnya, warga dari 3 dusun yakni Dusun Cikembang 1 dan Cikembang 2 serta Dusun Barengkok, yang biasa menggunakan akses lalu lintas melalui jalur tersebut terganggu dan nyaris terisolir.
Hingga saat ini jalan hanya baru bisa dihubungkan dengan jembatan bambu yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.
Menurut Kepala Desa Karyamandala Asep Nia Kusumah, jalan tersebut merupakan akses jalan utama yang biasa digunakan oleh masyarakat untuk keluar masuk ke pusat pemerintahan desa hingga ke wilayah kota Kecamatan Salopa.
Kalaupun ada jalan lain harus memutar dengan jarak tempuh cukup lama karena harus menempuh jarak hingga kurang lebih 4 kilometer.
"Ada memang akses jalan lain tapi jaraknya cukup jauh. Sekarang hanya baru dibangun jembatan darurat saja dari bambu agar warga bisa menyeberang,” ungkap Asep, Selasa (23/11/2021).
“Harapan saya jembatan bisa secepatnya diperbaiki, karena jalur ini merupakan jalur utama yang biasa dipergunakan oleh warga," sambung dia.
Selain itu, puluhan siswa tingkat TK, SMP, dan SMA, kini juga harus berjuang ekstra hati-hati saat melintasi jembatan bambu yang baru dibangun jika tidak ingin memutar lebih jauh menggunakan jalan lain. Pasalnya, ketiga sekolah tersebut berada di seberang jembatan tersebut.
Nampak sejumlah siswa SMP dan SMA beserta warga nekat berusaha menyeberang jembatan yang terputus sebelum dibangunkan jembatan bambu.
Mereka pun berharap agar jembatan secepatnya diperbaiki, sehingga akses perekonomian dan aktivitas mereka lainnya bisa kembali berjalan lancar.
"Takut juga saat mencoba menyebrang, takut tanahnya ambrol lagi. Tapi mungkin kalau sudah ada jembatan bambu tidak terlalu khawatir, meskipun saya berharap agar jembatan permanen secepatnya kembali dibangun," ujar siswa SMA Karyamandala, Dewi (17).
Jembatan Cikembang 2 di Dusun Cikembang ini terputur akibat pergerakan tanah, di mana pondasi jembatan tergerus aliran air sungai.
Editor : Asep Juhariyono