“Dan ke depannya kami mengajak pemerintah kota/kabupaten agar mengajak mereka untuk bisa ikut hadir di upacara di lingkungan pemerintahan. tentunya mereka bisa hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragam. Inilah yang kita terus dampingi sehingga mereka bisa diterima di masyarakat. Kita jadi penghubung antara mereka dengan masyarakat yang belum menerima. Mereka ini bagian dari masyarakat juga,” sambungnya.
Ia menambahkan, kegiatan tersebut merupakan bentuk pendampingan dan pembinaan selama ini dan secara sadar mereka menyatakan diri mencintai NKRI.
“Mereka ini telah sadar dan tanpa ada paksaan. Dan mereka juga ingin berkontribusi membangun wilayahnya masing-masing,” pungkasnya.
Salah seorang mantan Napiter, GT (35) mengatakan, dia dan sejawatnya mengikuti kegiatan pengibaran bendera merah putih tanpa adanya paksaan dari siapapun. Ia mengaku sudah sadar bahwa kegiatan upacara bendera dan cinta Tanah Air merupakan bagian dari wujud penghormatan dan bagian dari cinta kepada Allah swt.
“Pemahaman kami telah kembali. Dulu kami sempat memiliki pandangan bahwa upacara ini merupakan kegiatan ritual yang syirik. Tapi setelah kami belajar dan memahami, upacara bendera ini merupakan bentuk cinta dan penghormatan. Ini bentuk cinta kami ke merah putih,” kata dia.
Ia juga mengajak kepada seluruh rekan-rekannya yang memang masih memiliki pemahaman radikal, jalan kekerasan, bahwa itu merupakan hal yang tidak benar dan pastinya salah.
Editor : Asep Juhariyono