
CIAMIS, iNewsTasikmalaya.id – Setelah perayaan Iduladha 2025, lonjakan harga beras kembali menjadi sorotan masyarakat. Dalam sepekan terakhir, harga beras medium di tingkat pengecer, khususnya di warung-warung tradisional wilayah Kabupaten Ciamis, mengalami peningkatan yang cukup mencolok.
Kini, harga beras kualitas medium telah menembus angka Rp15.000 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp14.000 per kilogram hanya dalam waktu beberapa hari.
Kenaikan harga ini disampaikan langsung oleh Vera, salah satu pedagang kebutuhan pokok di kawasan Kertasari, Ciamis. Ia menyebutkan bahwa tren harga naik sudah mulai terasa sejak awal pekan.
"Mulai kemarin harga beras medium sudah naik jadi Rp15.000 per kilo. Sebelumnya masih Rp14.000, tapi dua hari ini terus naik," ujar Vera saat ditemui pada Rabu (11/6/2025).
Penyebab utama melonjaknya harga beras di tingkat eceran ternyata bersumber dari naiknya harga beras di penggilingan padi. Hal ini diungkapkan oleh Didin, pelaku usaha penggilingan padi sekaligus distributor beras di Dusun Cikatomas, Desa Handapherang, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis.
Menurut Didin, tren kenaikan harga beras sudah mulai terlihat sejak dua minggu lalu dan cenderung terjadi secara bertahap setiap harinya.
“Rata-rata setiap hari naik Rp100 per kilogram. Dua minggu lalu beras medium masih Rp11.500/kg di penggilingan, sekarang sudah jadi Rp12.800/kg,” ungkapnya.
Jenis beras medium ini merupakan yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harganya yang relatif lebih terjangkau dibandingkan beras premium. Namun, harga beras premium pun tidak luput dari kenaikan. Saat ini, beras premium dijual di tingkat penggilingan dengan harga Rp13.700 per kilogram, naik dari sebelumnya Rp12.400 per kilogram.
Didin sendiri merupakan pemasok utama ke sejumlah pasar tradisional di Ciamis, seperti Pasar Manis dan Pasar Subuh.
Salah satu penyebab naiknya harga beras adalah semakin menipisnya stok gabah di tingkat petani. Kondisi ini terjadi karena para petani tengah memasuki masa tanam, sehingga stok gabah mereka dijual untuk memenuhi kebutuhan produksi seperti benih, pupuk, dan tenaga kerja.
“Siklusnya memang begitu. Kalau sudah masuk musim tanam, petani akan jual stok gabah untuk biaya produksi. Gabah jadi makin sulit dicari, dan ini otomatis berdampak pada harga beras,” jelas Didin.
Selain itu, langkah Bulog yang membeli gabah dengan harga tinggi turut mendorong petani untuk melepas gabah mereka ke lembaga tersebut. Harga pembelian Bulog yang berada di atas rata-rata pasar membuat pengusaha penggilingan kesulitan bersaing.
“Kami kadang tidak kebagian gabah, karena Bulog membeli lebih mahal. Sekarang harga gabah di petani sudah Rp7.300 per kilogram. Kalau kami tidak sanggup menyamai harga itu, ya tidak dapat gabah,” ujar Didin.
Untuk memenuhi kebutuhan produksinya, Didin bahkan harus mencari gabah hingga ke luar daerah seperti Sragen, Jawa Tengah, setelah stok lokal dari wilayah Handapherang, Cisaga, Langensari, Lakbok, Banjarsari, hingga Parigi Pangandaran mulai mengering.
Di sisi lain, pihak Perum Bulog Cabang Ciamis memastikan bahwa cadangan beras pemerintah (CBP) masih dalam kondisi aman. Kepala Bulog Ciamis, Dadan Irawan SP, mengungkapkan bahwa saat ini terdapat stok sebanyak 41.000 ton beras yang tersebar di 4 gudang utama dan 24 gudang filial.
Stok tersebut diperuntukkan bagi kebutuhan wilayah Kabupaten Ciamis, Kota Banjar, Kabupaten Pangandaran, Kota Tasikmalaya, dan Kabupaten Tasikmalaya, dan diperkirakan cukup hingga 8 bulan ke depan.
Meski demikian, hingga pertengahan Juni 2025, belum ada penugasan resmi dari pemerintah pusat untuk pendistribusian beras SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan) ke pasar-pasar.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat, terutama terkait potensi lonjakan harga pangan lainnya yang bisa memicu inflasi. Kenaikan harga beras secara langsung menurunkan daya beli masyarakat, terutama di kalangan menengah ke bawah yang sangat bergantung pada konsumsi beras medium.
Sejumlah pedagang berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret, seperti mempercepat pendistribusian beras SPHP atau menstabilkan harga gabah di tingkat petani agar rantai pasok tidak terhambat.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait