Indonesia Perlu Strategi AI yang Terarah dalam Mendorong Kedaulatan Teknologi

Kristian
Artificial Intelligence (AI) diperkirakan akan menjadi salah satu game-changer dalam bisnis berbasis teknologi, dan semakin dipandang sebagai mesin penggerak utama pertumbuhan ekonomi global. Foto: iNewsTasikmalaya.id/Istimewa

Lantas, bagaimana peran kedaulatan AI untuk memberdayakan Indonesia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional? Pertanyaan ini menjadi fokus utama dalam diskusi panel bertajuk "Masa Depan AI: Mampukah Memperkuat Ekonomi Indonesia?" yang diselenggarakan oleh Forum Wartawan Teknologi (FORWAT) dalam rangka perayaan Hari Ulang Tahunnya uang ke-5.

Diskusi ini menghadirkan narasumber dari berbagai sektor, yakni dari Country Consumer Business Lead NVIDIA Adrian Lesmono, Sekjen Partnership Kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial/KORIKA Sri Safitri,  Direktur Ekonomi Digital CELIOS Nailul Huda, dan Tenaga Ahli Utama Kantor Komunikasi Kepresidenan Insaf Albert Tarigan dengan Wakil Pimpinan Redaksi Detik Ardhi Suryadi sebagai moderator.

Country Lead Business NVIDIA, Andrain Lesmoni mengatakan, Kedaulatan AI bukan lagi wacana. "Teknologi AI yang cepat, aman, dan mandiri adalah fondasi kedaulatan digital Indonesia. Kedaulatan AI artinya kontrol penuh atas data, efisiensi dan akselerasi digital," kata Adrian, Rabu (12/3/2025) siang, di Jakarta.

Menurut dia, penerapan AI di Indonesia perlu disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional. "Upaya ini mulai dilakukan, salah satunya melalui pembentukan Kolaborasi Riset & Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) yang bertujuan menjembatani kesenjangan kolaborasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan komunitas publik," ucapnya.

Sementara itu, Sekjen Partnership KORIKA, Sri Saftri menyampaikan, meski berpotensi mendorong transformasi besar, pengembangan AI di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Salah satu tantangan utama adalah ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang masih terbatas. Hingga saat ini, jumlah individu yang memiliki keahlian dalam bidang AI masih sangat sedikit. Bahkan, program studi khusus AI di Indonesia baru dimulai.

"Selain itu, keterbatasan infrastruktur digital juga menjadi hambatan besar. Kemudian, kurangnya pendanaan dan riset & pengembangan (R&D). Dari sisi regulasi, Indonesia juga menghadapi tantangan dalam pengelolaan data dan kebijakan terkait AI. Terakhir, keterbatasanakses terhadap teknologi," ujar Sri.

Editor : Asep Juhariyono

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network