BANJAR, iNewsTasikmalaya.id - Taman Ecopark Kota Banjar, yang dahulu menjadi kebanggaan warga dan ikon wisata lingkungan, kini kondisinya memprihatinkan.
Pantauan di lokasi, Taman Ecopark Kota Banjar tampak kumuh, dengan fasilitas yang rusak dan terbengkalai, sehingga kehilangan daya tariknya sebagai ruang publik yang layak.
Beberapa fasilitas yang dulunya menjadi unggulan, seperti rumah hobbit berbahan kayu, kini tak lagi terawat.
Bahkan, kawasan taman ini dilaporkan sering digunakan untuk aktivitas tak pantas oleh pasangan muda-mudi, menambah citra buruk taman tersebut.
Namun, Kepala Bidang Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Banjar, Uun Maryonah, membantah bahwa taman ini sepenuhnya diabaikan oleh pemerintah.
Menurutnya, upaya perbaikan dan perawatan terus dilakukan, meskipun terbatas oleh anggaran.
“Kami tidak tinggal diam. Fasilitas seperti rumah hobbit memang sengaja dibongkar sebagian, terutama bagian bawah dindingnya, atas usulan warga sekitar. Ini untuk mencegah aktivitas tidak pantas yang sering terjadi di sana,” jelas Uun, Kamis (23/1/2025).
Uun menambahkan, DLH Kota Banjar tetap berkomitmen melakukan perbaikan fasilitas yang rusak. Namun, kemampuan perbaikan sangat bergantung pada anggaran yang tersedia.
“Kerusakan fasilitas selalu kami upayakan perbaikannya. Untuk kebersihan, kami sudah rutin mengelola dengan tenaga kebersihan yang ditugaskan secara konsisten,” ungkapnya.
Ia juga mengimbau masyarakat agar turut menjaga fasilitas yang ada. Uun menyebutkan bahwa selain kerusakan, beberapa fasilitas taman seperti lampu taman kerap dicuri atau dirusak.
“Kami ajak masyarakat untuk merawat taman ini bersama-sama. Jangan dirusak, jangan dicorat-coret, dan jangan dicuri. Semua ini milik kita bersama, yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan publik,” tambahnya.
Kondisi Taman Ecopark di Kelurahan Hegarsari memang mencerminkan perlunya perhatian lebih dari pihak terkait. Meskipun DLH Kota Banjar mengklaim telah berupaya menjaga taman, kenyataannya di lapangan masih banyak fasilitas yang tak berfungsi.
Taman ini yang awalnya diharapkan menjadi ruang terbuka hijau untuk masyarakat kini berubah menjadi tempat yang kehilangan fungsi idealnya. Masyarakat berharap ada langkah konkret untuk mengembalikan kejayaan taman ini, baik melalui peningkatan anggaran, pengawasan, maupun pelibatan masyarakat dalam perawatan fasilitas.
Jika langkah-langkah ini tidak segera diambil, ikon wisata lingkungan Kota Banjar ini dikhawatirkan akan terus terpuruk, meninggalkan citra buruk bagi pengelolaan ruang publik di daerah tersebut.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait