Di sisi lain, Acun menyebut bahwa ia dan anggotanya selalu berbagi tugas dalam mengatur arus lalu lintas serta memberikan imbauan melalui pengeras suara agar mereka yang ingin jajan tidak memarkirkan kendaraannya di bahu jalan.
"Kami membuat papan tulisan dilarang parkir, dan kami juga para pengurus ikut mengatur arus lalu lintas agar tidak macet, ditambah anggota juga menyisir jalanan sambil memberikan imbauan agar motornya tidak parkir sembarangan," paparnya.
Sementara itu, Kasi Tibum Transmas Satpol PP Kota Tasikmalaya, Sandi Apriadi Sugih, membenarkan perihal terjadinya adu mulut dengan pedagang.
"Iya, tadi kami sempat adu mulut dengan para pedagang ihwal saat itu kami memberikan imbauan kepada pengurus untuk tidak berjualan di atas trotoar. Tapi, para pedagang lainnya menghampiri, sempat cekcok tapi tidak sampai main tangan," kata Sandi.
Sandi menjelaskan, bahwa petugas Satpol PP hanya menjalankan tugas sesuai perintah dari pimpinan, bahwa trotoar jalan harus steril dari para pedagang.
"Sudah jelas perintah atasan harus disterilkan. Akan tetapi ini kan daerah UPTD yang mengelola Dadaha itu sudah jelas diatur oleh Perwakot nomor 107. Namun di lapangan, karena saya juga berkoordinasi dengan UPTD, bahwa Senin-Jumat harus steril," ujar dia.
"Namun untuk Sabtu dan Minggu, para PKL meminta kebijakan untuk diperbolehkan. Tapi kami sebagai petugas sudah jelas perintahnya harus steril," sambungnya.
Karena massa semakin banyak mengerumuni petugas dan dikhawatirkan terjadi chaos, ia pun memperintahkan petugas untuk mundur sementara.
"Menjaga kondusifitas supaya tidak terjadi bentrokan yang tidak diinginkan oleh petugas atau masyarakat, maka untuk sementara ini dan adapun statemen dari pedagang bahwa itu sudah diperbolehkan oleh UPTD, makanya kami juga dengan melihat situasi yang sudah tidak kondusif, untuk sementara waktu kita memperbolehkan dulu," tandasnya.
Pantauan di lapangan, usai terjadinya adu mulut, terlihat para pedagang pun melanjutkan berjualan di atas trotoar jalan.
Editor : Asep Juhariyono