Ia menambahkan, bahwa selain terdampak penjualan online melalui platform media sosial (medsos), penurunan transaksi juga disebabkan oleh adanya toko grosir besar yang menjual produk fashion dengan sistem eceran di dekat Pasar Cikurubuk.
"Ada toko besar di sini yang menjual fashion grosiran, tapi nyatanya di sana juga menjual barang dengan sistem eceran," ungkapnya.
Sementara itu, Deri Herlisana, perwakilan UPT Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, membenarkan banyaknya pemilik kios yang terpaksa memilih untuk menyewakan dan menjual kiosnya.
"Makanya tidak heran adanya kios yang dijual atau disewakan, karena mungkin sepinya pembeli," kata Deri pada Rabu (17/7/2024).
Dari 2.700 kios yang ada di Pasar Cikurubuk, sekitar 30 persen pedagang memilih menutup kiosnya.
"Keluhan pedagang tentang sepinya pembeli memang hampir setiap hari saya dengar. Dari 2.700 kios yang ada di Pasar Cikurubuk, sekitar 30 persen sudah tutup," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait