TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Sejumlah kios penjualan fashion di Pasar Tradisional Cikurubuk, Kota Tasikmalaya sepi dari aktivitas jual beli pada Kamis (18/7/2024).
Hal ini terlihat di beberapa kios fashion yang berada di blok A3, B2, dan C3 yang terpantau sepi dari pembeli. Imbas dari sepinya pembeli, hasil penelusuran iNewsTasikmalaya.id menunjukkan banyaknya toko fashion yang disewakan dan dijual oleh pemiliknya.
Budiman (40), seorang pedagang sepatu di blok B2, mengaku bahwa gempuran penjualan online sangat dirasakan oleh para pedagang. Sepinya penjualan mulai dirasakan sejak pandemi Covid-19 melanda dunia.
"Mulainya itu saat pandemi Covid-19, ditambah dengan gempuran penjualan online yang dampaknya sangat besar, jadi lesu," kata Budiman saat ditemui di tokonya di blok B2.
Budiman menyebutkan bahwa hampir 50 persen toko di blok A3, B2, dan C3 dijual atau disewakan oleh para pedagang yang tidak tahan menghadapi sepinya pembeli akibat penjualan online.
"Paling 50 persen toko tutup, ada yang dijual ada yang disewakan. Karena mereka mungkin tidak tahan lagi dengan sepinya pembeli akibat penjualan sistem online," ujarnya.
Budiman mengungkapkan bahwa dalam seminggu ia pernah tidak mendapatkan pembeli sama sekali. "Satu dua hari sepi itu biasa, saya pernah tidak ada pembeli seminggu," jelasnya.
Ia berharap pemerintah memberlakukan pajak penjualan online supaya pedagang tradisional bisa bersaing. "Gimana mau bersaing kalau pemerintah tidak memberlakukan pajak penjualan online. Kami harap ada pemberlakuan pajak penjualan online," harap Budiman.
Ia menambahkan, bahwa selain terdampak penjualan online melalui platform media sosial (medsos), penurunan transaksi juga disebabkan oleh adanya toko grosir besar yang menjual produk fashion dengan sistem eceran di dekat Pasar Cikurubuk.
"Ada toko besar di sini yang menjual fashion grosiran, tapi nyatanya di sana juga menjual barang dengan sistem eceran," ungkapnya.
Sementara itu, Deri Herlisana, perwakilan UPT Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, membenarkan banyaknya pemilik kios yang terpaksa memilih untuk menyewakan dan menjual kiosnya.
"Makanya tidak heran adanya kios yang dijual atau disewakan, karena mungkin sepinya pembeli," kata Deri pada Rabu (17/7/2024).
Dari 2.700 kios yang ada di Pasar Cikurubuk, sekitar 30 persen pedagang memilih menutup kiosnya.
"Keluhan pedagang tentang sepinya pembeli memang hampir setiap hari saya dengar. Dari 2.700 kios yang ada di Pasar Cikurubuk, sekitar 30 persen sudah tutup," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait