CIAMIS, iNewsTasikmalaya.id - Beragam cara dan tradisi dilakukan masyarakat umat Islam dalam menyambut datangnya Hari Raya Idul Adha.
Seperti halnya di Kabupaten Ciamis, warga membuat makanan tradisional awug merah putih dalam menyambut hari raya kurban.
Tradisi yang sudah lama ini masih bertahan. Sebelum ketupat dan opor menjadi ikon kuliner lebaran, masyarakat setempat telah memiliki makanan khas seperti awug merah putih, apem, papais, peuyeum, dan kue saroja.
"Tempo dulu, nenek moyang kita menjelang Idul Fitri maupun Idul Adha sibuk membuat makanan tradisional seperti awug merah putih, apem, papais, dan kue saroja," kata Aif Sarifudin, budayawan Sunda dari Ciamis, kepada iNewsCiamisRaya.id jejaring iNewsTasikmalaya.id pada Minggu (16/5/2024).
Berbagai makanan tradisional tersebut tidak hanya dikonsumsi sendiri tetapi juga dibagikan kepada tetangga dan sanak keluarga menggunakan rantang.
"Tradisi saling antar makanan dan bertukar makanan dengan rantang kini hampir punah. Tradisi membuat awug merah putih saat menyambut Idul Fitri maupun Idul Adha juga semakin langka," jelasnya.
Makanan tradisional ini tergerus oleh kehadiran kue-kue modern dan popularitas ketupat, opor, dan rendang saat Lebaran. Namun, di Kampung Adat Kuta dan lingkungan pemukiman Museum Ki Sunda di Sambong Jaya, Desa Mekarmukti, Cisaga, Ciamis, awug merah putih masih menjadi suguhan saat Lebaran, Idul Adha, dan acara pernikahan serta syukuran.
"Kemarin kami sudah membuat awug merah putih. Tadi siang sebagian sudah diantar ke tetangga dan sanak keluarga untuk menyambut Hari Raya Kurban," ungkapnya.
Menurut Aif, tradisi membuat awug merah putih menjelang Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha masih bertahan di beberapa pelosok kampung, terutama di Kampung Adat Kuta Tambaksari dan lingkungan Museum Ki Sunda Cisaga.
"Awug merah putih tidak hanya sekadar makanan tradisional warisan nenek moyang, tetapi juga memiliki makna filosofis. Awug merah putih melambangkan semangat cinta tanah air. Pada zaman penjajah, nenek moyang kita takut untuk mengibarkan bendera merah putih, sehingga kecintaan pada tanah air disalurkan melalui tradisi membuat awug merah putih," jelas Aif.
Kini, tradisi ini semakin langka, tetapi di lingkungan museum, mereka masih mempertahankannya untuk menyambut Hari Raya Kurban, Idul Adha.
"Kami di lingkungan museum sudah membuat awug merah putih, siap menyambut Hari Raya Kurban, Idul Adha," katanya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait