Anton menambahkan, skenario mitigasi dimulai dari simulasi bencana gempa bumi. Yang mana, staff front office yang bertugas sebagai tim komunikasi mengumumkan terjadinya bencana gempa bumi dan staf hotel yang bertugas sebagai Chief Warden menginstruksikan seluruh Tim ERT.
"Tim ini akan langsung mengevakuasi seluruh staf dan tamu-tamu hotel keluar melalui tangga darurat terdekat menuju titik kumpul atau dikenal dengan istilah Assembly Point dalam kondisi darurat dengan melindungi kepala dengan benda keras atau menggunakan kedua tangan saat keluar dari gedung," jelasnya.
Selain itu, Anton menyebut, Tim Flour Warden atau tim evakuasi juga melakukan penyisiran di semua kamar tamu dan ruangan lainnya untuk memastikan bahwa semua staf dan tamu-tamu hotel sudah keluar.
"Ketika menemukan satu korban di area penyisiran, tim floor warden segera berkoordinasi dengan Tim Rescue dan Tim First Aid untuk mengevakuasi menggunakan tandu menuju Assembly Point untuk mendapatkan pertolongan pertama," bebernya.
Anton menuturkan, saat berada di Assembly Point, petugas ERT melakukan pendataan seluruh staf dan tamu-tamu hotel untuk memastikan tidak ada yang tertinggal di dalam gedung.
Setelah mendapatkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa keadaan dinyatakan aman, maka seluruh staf dan tamu-tamu hotel dapat melanjutkan aktivitasnya dan kembali ke dalam hotel.
"Sebelum adanya simulasi mitigasi bencana ini, staf hotel juga diajarkan oleh Red Guard terkait edukasi ketika terjadinya bencana, cara mempraktikan Cardiopulmonary Resuscitation (CPR) atau dikenal juga dengan resusitasi jantung paru (RJP) dengan baik dan benar," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait