TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Riwayat Kota Tasikmalaya dari Zaman Kerajaan Galunggung hingga Berdirinya Sukapura dapat Anda simak dalam artikel ini.
Dilansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, Selasa (11/10/2022), berdasarkan Prasasti Rumatak yang memiliki penanggalan 13 Bhadrawada tahun 1033 Saka, yang bilamana dikonversikan jatuh pada 21 Agustus 1111 Masehi, diketahui bahwa di wilayah Tasikmalaya telah terdapat pemerintahan Kerajaan Galunggung. Menurut sumber sejarah, Kerajaan Galunggung merupakan penerus kerajaan sebelumnya yang disebut sebagai kebataraan.
Memasuki masa penyebaran agama Islam ke Nusantara, di Tasikmalaya dikenal adanya pusat pemerintahan yang kecil, letaknya di Surakerta. Pada 1629, Surakerta yang beribukota di Dayeuh Tengah berada di bawah pengaruh pemerintahan Kabupaten Sumedang yang menjadi bawahan dari Mataram.
Setelah peristiwa penyerangan Mataram ke Batavia dan penumpasan pemberontakan Dipati Ukur, Sultan Agung, Raja Mataram, mengangkat Ki Wirawangsa yang sebelumnya sebagai penguasa Surakerta menjadi Mantri Agung Sukapura berdasarkan piagam yang dikeluarkan pada Sabtu, 9 Muharam tahun Alip yang diperkirakan sama dengan 20 April 1644. Tanggal tersebut juga dianggap sebagai tahun berdirinya Sukapura.
Pada masa Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Sunan Amangkurat, wilayah kekuasaan Mataram di pesisir utara Jawa Karawang dan beberapa wilayah di pedalaman seperti Cianjur, Sukapura, dan Bandung jatuh ke tangan kolonial Belanda.
Pada tahun 1770, Sukapura dipimpin oleh R. Jayamenggala II. Pada masa pemerintahan R. Jayamenggala II ini Kabupaten Sukapura masuk dalam wilayah Karesidenan Cirebon. Pada 1811, Kabupaten Sukapura dimasukkan dalam wilayah Kabupaten Limbangan.
Namun, pada 1814 Kabupaten Sukapura kembali eksis. Pada 1821, kabupaten Sukapura dimekarkan menjadi tiga Kabupaten, yaitu Sumedang, Cianjur, dan Limbangan.
Kabupaten Sukapura dibentuk Kembali pada 1832 yang terdiri dari tiga afdelling, yaitu Sukapura Kolot, Sukapura, dan Tasikmalaya. Ibukota Sukapura dipindahkan dari Sukaraja ke Pasirpanjang, untuk kemudian dipindahkan lagi ke Manonjaya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait