Dalam penelitian yang sama, disebutkan juga orang dengan indeks massa tubuh (BMI) terbesar, (memperhitungkan berat dan tinggi badan) hanya 2,65 kali berisiko menderita gagal jantung daripada orang dengan BMI terkecil.
Setiap unit ekstra BMI akan meningkatkan kemungkinan gagal jantung sebesar 9 persen, artinya lemak di perut dan pinggang, dua persen lebih tinggi mengakibatkan risiko gagal jantung.
Selama penelitian dilakukan, ada 8.669 kejadian gagal jantung bahkan banyak yang mengakibatkan kematian. Hal ini didukung oleh data yang menyebutkan dua dari tiga warga Inggris yang kelebihan berat badan atau obesitas, mengalami penyakit jantung dan peredaran darah yang menyebabkan seperempat dari semua kematian di Inggris yang bisa merenggut hampir 500 nyawa dalam sehari.
Merujuk pada hasil studi penelitan di atas, pemimpin penelitian, Dr. Ayodipupo Oguntade menyarankan agar masyarakat sebisa mungkin rutin mengukur lemak di perut dan pinggang setiap tahun untuk memantau risikonya.
"Jumlah lemak yang dibawa orang di sekitar organ perut mereka, lebih penting untuk melacak kegemukan tubuh dan risiko kardiovaskular,” kata Dr. Ayodipupo.
Sementara itu, menurut Tam Fry dari National Obesity Forum, cara mengukur lemak di perut dan pinggang bisa dilakukan dengan alat ukur badan. Jika ukuran setengah tinggi badan pas di pinggang, itu menandakan kisaran berat badan yang sehat.
“Kita tahu bahwa lemak di sekitar organ di perut sangat aktif, dan mengandung banyak faktor inflamasi yang bisa menyebabkan penyakit kardiovaskular,” ujar Dr. Ayodipupo.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait