TASIKMALAYA, iNews.id - Warga Kampung Pasirheulang Desa Sukapada Kecamatan Pagerageung Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, mampu mempertahankan usaha gula aren warisan turun temurun leluhurnya saat pandemi Covid-19.
Usaha yang mengandalkan alam sekitar yakni pohon aren membuat wilayah desa tersebut dikenal sebagai penghasil gula aren terbesar di wilayah Kabupaten Tasikmalaya selama ini.
Perkampungan terpencil di Tasikmalaya Utara ini pun memiliki ciri khas gula aren asli yang bahannya hanya air Nira yang dihasilkan dari pohonnya langsung tanpa campuran apapun.
Air Nira sendiri dihasilkan dengan cara teknik sadapan cikal bakal buah nira yang dipotong supaya keluar air dengan cara memanjat pohon yang tingginya minimal 10 sampai 15 meter lebih.
Bahan air gula aren ini dihasilkan dengan waktu sehari mulai memasang alat yang disebut Lodong ke atas pohon pagi hari dan bisa diambil sore keesokan harinya.
Salahsatu pasangan suami istri asal kampung tersebut Komar (35) dan Ani (34), mengaku bisa menghidupi keluarganya dengan hasil produksi gula aren di rumahnya.
Soalnya, hampir semua bahan baku pembuatan gula aren tersebut berasal dari sumber daya alam yang ada di dekat rumahnya.
Mulai dari bahan baku air Nira dari pohonnya dan alat pengolahan membutuhkan kayu bakar yang bisa dipadatkan mudah di wilayah perkampungannya.
"Ilmu pembuatan gula aren didapatkan dari leluhur secara turun temurun. Semua bahan bakunya ada di alam sekitar rumah kami. Jadi, Alhamdulillah saat pandemi sekarang tidak ada kendala apapun dan mampu bertahan menjadi andalan penghidupan kami," jelas Komar kepada wartawan di rumahnya pada Senin (4/10/2021).
Hasil gula aren yang diproduksinya pun tak perlu dijual ke pasar atau ke luar daerah selama ini.
Sebab, keluarganya sudah memiliki langganan yang ingin membeli hasil produksi gula arennya dengan datang sendiri ke rumahnya.
"Kalau pemasaran gak perlu repot. Justru kami yang selalu tak bisa memenuhi permintaan saking banyaknya. Semuanya pada memesan dan selalu datang ke rumah," tambah Komar.
Adapun para pembelinya selama ini adalah para pedagang di pasar salahsatunya di Pasar Tasikmalaya dan Garut.
Mereka selalu datang ke rumah karena produksi gula arennya dikenal dengan keasliannya tanpa campuran.
"Harganya sekarang di kami Rp 15.000 sampai Rp 20.000 per kilogramnya, dengan maksimal produksi yang didapatkan sehari bisa sampai 20 sampai 30 kilogram," tambah dia.
Hal sama diutarakan Ani, saat ini kendala selama produksi gula aren adalah mendapatkan stok air Nira yang harus didapatkan dengan cara khusus.
Salahsatunya kondisi pohon Nira yang harus berusia tak terlalu tua dan tak muda, juga cara menaiki pohon Nira yang tak bisa dilakukan oleh sembarang orang dan memerlukan teknik khusus.
"Nah, saya juga terus menurunkan kembali cara dan pengolahannya ke saudara dan anak-anak saya. Supaya mereka nantinya tak susah mendapatkan penghasilan buat bekal penghidupannya kelak," ujar dia.
Editor : Asep Juhariyono