get app
inews
Aa Text
Read Next : Ledakan Dini Hari Gegerkan Singaparna Tasikmalaya, Amukan Api Lahap Enam Rumah dalam Sekejap

Di Balik Cita Mulia Yayasan Yamu’ti Tasikmalaya, Tersimpan Kenyataan Pahit yang Terabaikan

Sabtu, 31 Mei 2025 | 19:47 WIB
header img
Di Balik Cita Mulia Yayasan Yamu’ti Tasikmalaya, Tersimpan Kenyataan Pahit yang Terabaikan. Foto: iNewsTasikmalaya.id/Kristian

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Di balik semangat mengabdi dan membantu sesama, Yayasan Mutiara Titipan Illahi (Yamu’ti) yang berlokasi di Kelurahan Sukahurip, Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, menyimpan kenyataan yang jauh dari kata layak. Berdiri sejak 2019, yayasan ini bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan, melayani anak yatim, dhuafa, serta lanjut usia. Namun kondisi fisik tempat tinggal mereka sangat memprihatinkan dan luput dari perhatian serius pemerintah setempat.

Saat disambangi pada Sabtu (31/5/2025), bangunan yayasan yang berdiri di atas tanah sederhana itu tampak rapuh. Dinding-dindingnya terbuat dari papan kayu, atapnya hanya dilapisi asbes yang mudah bocor, tanpa pintu pengaman, serta lantai tanah yang belum dipelur. Semua itu menjadikan tempat ini rawan terhadap cuaca dan gangguan keamanan.

“Kalau hujan, banjir sudah jadi langganan,” keluh Ketua Yayasan Yamu’ti, Irma Arliant, yang mendirikan tempat ini bersama suaminya, H. Abdurohman.

Dapur dan kamar mandi pun jauh dari kata layak. Atap bocor sering kali ditambal dengan kain bekas, mencerminkan keterbatasan dalam segala aspek.

Tak hanya menampung puluhan anak yatim dan dhuafa, Irma juga mengasuh beberapa bayi yang ditinggalkan atau dititipkan oleh orang tuanya karena alasan ekonomi. Saat ini, ada tiga bayi yang dirawat, dua di antaranya masih berusia hitungan hari.

“Banyak anak yang dititipkan karena orang tuanya merasa belum sanggup merawat. Ada yang memang masih hidup, tapi memilih menitipkan ke sini,” ungkap Irma.

Yamu’ti saat ini membina secara rutin sekitar 65 orang, namun jumlah keseluruhan anak-anak binaan yang pernah disantuni bisa mencapai ratusan. Beberapa di antaranya bahkan tidak memiliki dokumen resmi atau identitas yang lengkap.

Makanan untuk penghuni yayasan pun sangat bergantung pada kemurahan hati para donatur. Irma mengaku seringkali hanya menyajikan nasi dengan kecap saat tidak ada bantuan datang.

“Kalau ada yang kirim makanan, Alhamdulillah. Tapi kalau tidak ada, ya seadanya. Anak-anak tetap bahagia, yang penting mereka sehat dan tidak kelaparan,” ucap Irma sambil tersenyum.

Meski begitu, bantuan dari pemerintah, khususnya Pemkot Tasikmalaya, belum pernah secara resmi mereka terima. Bantuan bersifat pribadi dari beberapa tokoh memang pernah datang, termasuk dari Ivan Dicksan dan jajaran kepolisian dalam momen-momen tertentu.

“Belum pernah ada bantuan formal dari Pemkot. Tapi dari Kapolres dan Pak Ivan pernah datang ke sini,” tuturnya.

Irma dan suaminya mengabdikan diri tanpa syarat—menerima siapa pun yang datang, tak peduli latar belakang atau kondisi fisiknya.

“Kami tahu rasanya ditolak, tahu pahitnya hidup tanpa arah. Maka kami berusaha jadi rumah bagi siapa pun yang membutuhkan,” tegas Irma.

Ia berharap akan ada pihak yang tergerak untuk membantu memperbaiki kondisi bangunan yayasan, menyediakan kendaraan operasional, serta memastikan para anak-anak asuhan bisa tinggal di tempat yang lebih aman dan sehat.

“Kami tidak butuh mewah, cukup tempat yang layak untuk anak-anak bisa belajar, beristirahat, dan tumbuh dalam lingkungan yang sehat. Semoga Allah bukakan pintu kebaikan bagi mereka yang peduli,” pungkasnya.

 

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut