Jelang Musim Haji 2025, Toko Oleh-oleh di Tasikmalaya Masih Sepi, Omzet Anjlok hingga 30 Persen
TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Menjelang keberangkatan jemaah haji 2025, geliat usaha perlengkapan dan oleh-oleh haji di Kota Tasikmalaya belum menunjukkan tanda-tanda peningkatan.
Sejumlah pelaku usaha bahkan mengeluhkan turunnya omzet secara signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Salah satunya dirasakan oleh Budi Sunjaya, pemilik Toko Anna di Jalan Sukalaya Barat, Kecamatan Cihideung. Ia mengungkapkan, omzet tokonya anjlok hingga lebih dari 30 persen dibanding musim haji sebelumnya.
"Penurunan cukup terasa tahun ini. Selain karena makin banyak pesaing, penjualan online juga sangat berpengaruh, ditambah daya beli masyarakat yang tampaknya sedang lesu," ujar Budi saat ditemui di tokonya, Rabu (7/5/2025).
Menurutnya, tren ini bukan hanya dirasakan oleh dirinya, tetapi juga oleh para pelaku usaha serupa di Tasikmalaya dan sekitarnya. Komunikasi antar penjual membuktikan bahwa hampir semua mengalami hal serupa.
Meski demikian, Budi tetap optimis. Ia berharap peningkatan penjualan akan terjadi setelah para jemaah mulai diberangkatkan.
"Biasanya justru keluarga jemaah yang ramai belanja oleh-oleh. Jadi harapannya nanti pas pemberangkatan atau menjelang kepulangan jemaah, kondisi mulai membaik," katanya.
Toko Anna sendiri sudah beroperasi selama satu dekade dan dikenal sebagai salah satu pusat belanja perlengkapan haji di Tasikmalaya. Tak hanya menjual makanan khas Timur Tengah seperti kurma, kismis, kacang Arab, kacang almon, air Zam-zam, dan cokelat, toko ini juga menyediakan perlengkapan ibadah seperti sejadah, kain ihram, mukena, peci, tasbih, hingga sarung dan kaos kaki.
"Ada juga paket oleh-oleh yang sudah dikemas rapi. Paket standar mulai dari Rp15 ribu, yang paling lengkap Rp25 ribu sudah berisi enam jenis makanan dan tambahan tasbih serta perlengkapan lain,” jelasnya.
Budi menyebutkan bahwa pelanggan tokonya tidak hanya berasal dari wilayah Tasikmalaya. “Kita sering kedatangan pembeli dari luar kota juga, seperti Ciamis, Banjar, Pangandaran, bahkan dari daerah Brebes, Cilacap, dan Majenang,” ungkapnya.
Meski menghadapi tantangan pasar dan perubahan perilaku konsumen, Budi berharap geliat ekonomi haji tetap menjadi peluang yang bisa bertumbuh, asalkan pelaku usaha mampu beradaptasi.
Editor : Asep Juhariyono