Kisah Mak Eroh, Perempuan Perkasa dari Cisayong Tasikmalaya yang Salurkan Kehidupan Lewat Air

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Di balik heningnya hutan belantara di Tasikmalaya, ada kisah heroik seorang perempuan desa yang tak menyerah pada keterbatasan.
Dialah Mak Eroh, sosok legendaris dari Kampung Pasirkadu, Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya yang keberaniannya mengalir bersama air yang ia perjuangkan untuk warganya.
Bermula dari krisis air yang melanda kampungnya pada 1987, Mak Eroh memutuskan untuk bertindak. Tanpa bantuan, tanpa teknologi modern, ia mengangkat cangkul dan linggis, lalu mulai menggali tanah untuk menghubungkan sumber air di hutan dengan permukiman warga.
Upaya itu sempat dianggap gila. Banyak yang mencibir, bahkan menertawakan. Namun, semangat Mak Eroh tak surut. Hari demi hari ia terus bekerja di medan berat menembus hutan, menaklukkan tebing, dan melawan curamnya lereng.
Sekitar 6 kilometer saluran air ia garap, hingga lebih dari 100 cangkul patah dalam prosesnya. Perlahan, skeptisisme warga berubah menjadi dukungan. Ketika aliran air mulai mendekati area pesawahan, masyarakat pun turun tangan membantu.
Dan akhirnya, perjuangan Mak Eroh membuahkan hasil. Air mengalir deras ke kampung, menghidupkan kembali sawah, ladang, dan harapan warga.
Kisah luar biasa ini tidak berlalu begitu saja. Pada 1988, pemerintah Republik Indonesia menganugerahkan Mak Eroh dengan penghargaan Kalpataru atas jasanya menyelamatkan lingkungan hidup.
Setahun kemudian, apresiasi dari dunia internasional datang melalui penghargaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Kini, meskipun waktu bergulir dan namanya mulai tenggelam dalam ingatan banyak orang, semangat Mak Eroh tetap hidup.
Sebuah tugu di Alun-Alun Kota Tasikmalaya berdiri sebagai pengingat atas perjuangannya bukan hanya sebagai simbol kekuatan perempuan, tetapi juga lambang bahwa ketulusan dan tekad mampu mengubah nasib satu kampung.
Editor : Asep Juhariyono