TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Bagi masyarakat muslim terutama di Indonesia, Hari Raya Idul Adha merupakan hari yang istimewa. Karena dimomen tersebut daging kurban melimpah dan dibagikan kepada masyarakat.
Banyaknya daging kurban inilah yang dimanfaatkan umat muslim untuk nyate atau membakar sate. Tradisi nyate ini juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturahmi antara umat Islam disaat Idul Adha.
Tradisi nyate dilaporkan sudah berlangsung sejak abad ke-19. Saat itu, sate diperkenalkan oleh pendatang Arab, atau muslim Tamil dan Gujarat dari India. Dan kemudian dikembangkan di wilayah Jawa hingga nusantara.
Saat ini, hampir di seluruh wilayah Indonesia tak terkecuali di Tasikmalaya, tepatnya di Kampung Pasangrahan, Desa Margalaksana, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, umat muslim melaksanakan tradisi nyate daging kurban.
Warga yang menerima daging kurban, nyate bareng sanak keluarga, tetangga, kerabat. Mereka nyate bareng di halaman rumah bahkan gang-gang di pemukiman warga.
Salah seorang warga yang nyate bareng, Arifin (23) mengatakan, momen Idul Adha sangat ditunggu-tunggu untuk membakar sate. Daging yang diperoleh dari panitia kurban sebagian disate dan sebagian lagi dibuat olahan makanan lainnya, seperti rendang, gepuk, dan lainnya.
"Tadikan dapat daging dari panitia kurban, satu KK alhamdulillah dapat satu kilogram (kg). Dan sekarang kita nyate bareng," kata Arifin, Senin (17/6/2024).
Menurutnya, membakar sate daging kurban lebih seru dan mudah ketimbang mengolah daging menjadi olahan makanan lainnya. "Lebih seru disate dibanding harus dimasak kan ribet. Ini mah gampang dan rasanya nikmat juga," ungkapnya.
Dikatakan dia, nyate hewan kurban ini bisa saja dirinya lakukan setiap hari. Terlebih, daging kurban yang didapat pada tahun ini lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya.
"Bakal tiap hari ini makan daging hewan kurban. Lumayankan menguranngi uang saku untuk beli lauk pauk untuk makan," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono