TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Biografi KH Zainal Mustafa adalah kisah inspiratif tentang seorang tokoh ulama yang memainkan peran penting dalam perjuangan melawan penjajahan Jepang di daerah Jawa Barat.
Dalam tulisan ini, kami akan mengeksplorasi berbagai aspek dari kehidupan dan kontribusi luar biasa beliau, mulai dari masa kecil hingga perannya sebagai pendiri pesantren.
Masa Muda dan Pendidikan
KH Zainal Mustafa lahir pada 1 Januari 1899 di Sukamanah, Singaparna, Tasikmalaya, Jawa Barat. Nama kecilnya adalah Hudaemi. Namun, setelah menunaikan ibadah haji pada tahun 1927, ia mengganti namanya menjadi Zainal Mustafa.
Hudaemi memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat sebagai langkah pertamanya menuju pendidikan formal. Selama masa sekolahnya, ia belajar tentang agama dari guru agama di desanya.
Selain itu, Hudaemi juga mengikuti berbagai program pendidikan di pesantren, termasuk di Pondok Pesantren Gunung Pari. Selama 17 tahun, ia berpindah dari satu pesantren ke pesantren lainnya untuk memperdalam pengetahuannya tentang agama.
Selama perjalanannya, Hudaemi bertemu dengan beberapa ulama terkemuka dan mendapatkan inspirasi untuk mendirikan pesantren.
Pada tahun 1927, setelah kembali dari ibadah haji, Hudaemi mendirikan Pondok Pesantren Sukamanah di Desa Cikembang. Pendirian pesantren ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan pendidikan agama di wilayah tersebut.
Selain sebagai tempat pembelajaran agama, pesantren ini juga digunakan untuk mendidik masyarakat tentang akidah Islam, terutama paham Syafi'i yang dianut oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia.
Berkat pengetahuannya yang mendalam dan semangatnya dalam berdakwah, Hudaemi dikenal sebagai "kiai" yang memberikan ceramah agama di berbagai daerah di Tasikmalaya.
Mendirikan Pondok Pesantren dan Perjuangan Melawan Penjajahan
Pada tahun 1933, KH Zainal Mustafa bergabung dengan Nahdlatul Ulama (NU), dan cabang NU di Tasikmalaya mengangkatnya sebagai Wakil Ro'is Syuriah. Di masa tersebut, situasi politik menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh KH Zainal Mustafa saat ia berusaha membangun sekolah swasta Islam.
Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, menyebarkan agama Islam melalui pesantren sangat sulit dilakukan. Namun, pada tahun 1927, KH Zainal Mustafa berhasil mendirikan pesantren Sukamanah dan mengembangkannya.
Dari tahun 1927 hingga 1944, KH Zainal Mustafa dikenal sebagai kiai muda pemberontak yang berani melawan kolonialisme. Ia bahkan mengadakan pertemuan rahasia untuk melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda.
Sikap tegasnya ini membuatnya menjadi target otoritas kolonial. Pada tanggal 17 November 1941, bersama beberapa pendakwah lainnya, Zainal Mustafa ditangkap oleh penguasa kolonial dengan tuduhan berusaha mengajak masyarakat untuk memberontak terhadap pemerintah Hindia Belanda.
Perlawanan Terhadap Jepang dan Pengorbanan
Pada Maret 1942, setelah berakhirnya Perang Dunia II, Belanda menyerahkan daerah jajahannya kepada Jepang. Meskipun Jepang mengira KH Zainal Mustafa akan mendukung mereka, ternyata beliau malah menentang mereka dengan bergabung dalam Gerakan Anti Fasis (Geraf).
Terutama ketika kebijakan "tunduk pada matahari terbit" (Seikerei) diberlakukan oleh Jepang, KH Zainal Mustafa bersama murid-muridnya menolak mematuhi perintah tersebut.
Pada 25 Februari 1944, tentara Jepang memanggil KH Zainal Mustafa, yang akhirnya memicu pertempuran sengit di Sukamanah. Meskipun Jepang akhirnya memenangkan pertarungan tersebut, banyak nyawa yang melayang.
Setelah insiden ini, KH Zainal Mustafa dan 23 orang lainnya ditangkap dan diadili di Jakarta. Di Tasikmalaya, sekitar 79 orang yang terlibat dalam peristiwa Singaparna dijatuhi hukuman penjara selama 5 hingga 7 tahun.
Akhir Hayat, Penghormatan dan Penghargaan
Menurut berbagai sumber, pasukan Jepang telah mengeksekusi mati KH Zainal Mustafa dan menguburkannya di Ancol. Namun, makam KH Zainal Mustafa baru ditemukan setelah beberapa waktu setelah kematiannya. Pada tanggal 25 Agustus 1973, makam KH Zainal Mustafa beserta pengikutnya dipindahkan dari Ancol ke Sukamanah, Tasikmalaya.
Dari perjuangan heroiknya melawan penjajahan Belanda dan Jepang pada masa itu, pemerintah Indonesia memberikan penghargaan kepada KH Zainal Mustafa dengan menganugerahkan gelar Pahlawan Pergerakan Nasional melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 064/TK/Tahun 1972.
Kisah hidup KH Zainal Mustafa menjadi teladan bagi generasi masa kini, mengajarkan semangat dan perjuangan yang membara serta keberanian untuk tidak tunduk kepada penjajah.
Editor : Asep Juhariyono