TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Respati Tasikmalaya menggelar kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Pemula di Desa Cikunir, Kecamatan Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya.
Sebuah inisiatif luar biasa muncul di Desa Cikunir, Kabupaten Tasikmalaya, di mana masyarakat dan Tim Pendamping Keluarga dari STIKes Respati Tasikmalaya yang terdiri dari Sinta Fitriani, S. KM.,M.KM (Ketua Tim) bersama anggotanya Hariyani Sulistyoningsih, S.KM.,M.KM dan Wuri Ratna Hidayani, S.KM.,M.SC, bersatu untuk melawan stunting.
Sinta mengatakan, STIKes Respati Tasikmalaya melaksanakan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Pemula sebagai bagian dari hibah dari Kemendikbudristek di salah satu lokus stunting di Kabupaten Tasikmalaya.
Kegiatan tersebut memfokuskan upaya pada pemodelan Imah Gizi, sebuah pendekatan kreatif untuk memperbaiki kualitas gizi di tengah masyarakat.
"Tujuan utama dari kegiatan ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting," kata Sinta, Sabtu (7/10/2023).
Menurutnya, stunting yang sering kali disebabkan oleh kekurangan gizi pada masa pertumbuhan, dapat memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan dan perkembangan anak.
Ia menyampaikan, Tim pendamping keluarga berfokus pada kelompok risiko stunting, termasuk anak baduta (bawah dua tahun) yang tidak mengalami peningkatan berat badan yang memadai, ibu hamil dengan anemia dan kekurangan energi kronis (KEK), serta calon pengantin (catin) yang mengalami KEK.
Dosen STIKes Respati Tasikmalaya Laksanakan PKMP Atasi Stunting Lewat Pemodelan Imah Gizi di Desa Cikunir. Foto: Istimewa
Lanjut dia, salah satu pendekatan yang diterapkan adalah memanfaatkan pekarangan rumah dan lahan tokoh masyarakat sebagai sumber gizi.
Tim pendamping keluarga membimbing masyarakat dalam pemodelan imah gizi, termasuk cara memelihara ternak lele dalam ember untuk memperoleh sumber protein, serta menanam kangkung secara hidroponik sebagai sumber zat besi yang sangat dibutuhkan oleh kelompok risiko stunting.
Melalui pemodelan imah gizi, masyarakat Desa Cikunir diajarkan cara memanfaatkan pekarangan rumah mereka sebagai sumber gizi yang berkelanjutan.
"Hasil dari sumber gizi yang dihasilkan melalui kegiatan ini tidak hanya menjadi solusi untuk kelompok risiko, tetapi juga disebarkan secara langsung kepada mereka," ujar Sinta.
"Pendekatan ini menciptakan bentuk distribusi bantuan sosial yang berkelanjutan, memberikan manfaat langsung kepada kelompok yang membutuhkan," sambungnya.
Sinta menyampaikan bahwa salah satu pencapaian luar biasa dari kegiatan ini adalah penanaman kesadaran dalam masyarakat.
"Ini bukan hanya tentang memberikan bantuan sementara, tetapi juga menciptakan perubahan perilaku yang dapat menjaga kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masa depan," ucapnya.
Dengan kerjasama yang kuat antara masyarakat dan tim pendamping keluarga, Desa Cikunir diharapkan dapat mencapai target zero new stunting. Inisiatif ini bukan hanya mengatasi masalah gizi, tetapi juga membangun fondasi yang kokoh untuk generasi mendatang.
"Semoga kesadaran yang telah ditanamkan dalam pemodelan imah gizi ini akan berlanjut, membawa perubahan positif, dan memberikan harapan baru bagi anak-anak masa depan Desa Cikunir," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono