get app
inews
Aa Read Next : Prakiraan Cuaca Tasikmalaya dan Sekitarnya, Senin 8 Juli 2024: Pagi Hari Berawan

Kisah Tragis Mayor SL Tobing, Sukses Lawan Agresi Militer Belanda Malah Gugur di Tangan Pemberontak

Jum'at, 18 Agustus 2023 | 12:11 WIB
header img
Salah satu sudut Jalan SL Tobing, Kota Tasikmalaya, yang kini jadi kawasan multi fungsi, perdagangan, industri dan perkantoran. Foto : iNewsTasikmalaya.id/Kristian

TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Warga Kota Tasikmalaya boleh jadi hanya mengenal Mayor SL Tobing sebagai nama salah satu jalan di wilayah selatan kota. Tepatnya merupakan terusan Jalan KHZ Mustofa menuju bundaran Linggajaya.

Selayaknya diketahui bahwa Mayor SL Tobing adalah pejuang kemerdekaan dari pasukan Siliwangi yang bernasib malang.

Berhasil beberapa kali melawan agresi Belanda, malah nasibnya mengenaskan, gugur di tangan gerombolan DI/TII.

Menurut buku Siliwangi Dari Masa ke Masa, mayor pejuang kemerdekaan yang memiliki nama panjang Simon Lumban Tobing ini awalnya merupakan mahasiswa Sekolah Teknik Tinggi (STT) Bandung yang kini menjadi ITB.

Pada zaman perjuangan mempertahankan kemerdekaan, SL Tobing tergerak hatinya bergabung dengan pasukan Siliwangi dan dipercaya memimpin Batalyon 33 Pelopor.

Saat pasukan Siliwangi hijrah ke Yogyakarta, SL Tobing pun bersama pasukannya ikut serta. Pada tahun 1948 mereka kembali dengan cara longmarch seperti saat berangkat.

Kisah nestapa SL Tobing dimulai ketika ia bersama dua anak buahnya, Iskandar dan Ujang, beristirahat di Kampung Cigalugur, Desa Parentas, Kecamatan Cigalontang, Kabupaten Tasikmalaya.

Pada saat itu situasi di Jawa Barat, khususnya Priangan Timur, menjadi wilayah pemberontakan pasukan DI/TII pimpinan Kartosoewirjo.

Suatu malam, saat warga Cigalugur tengah bergotong-royong menyiapkan perayaan HUT Kemerdekaan RI, tiba-tiba gerombolan DI/TII muncul dari arah hutan menyerang dan melakukan aksi pembantaian.

Puluhan warga, termasuk SL Tobing dan dua anak buahnya yang masih berada di kampung itu menjadi korban. Bahkan SL Tobing, Iskandar dan Ujang kemungkinan dipenggal setelah diketahui sebagai pasukan Siliwangi.

Pasukan Batalyon 33 Pelopor lainnya yang sudah tiba di Cianjur kemudian menyadari bahwa SL Tobing dan dua anak rekan mereka tidak ada.

Pada akhir 1950, bekas bawahan SL Tobing, Kapten Imam Suripto dan Letnan Loekito Santoso serta lainnya melakukan pencarian.

Setelah melalui upaya pencarian cukup panjang, akhirnya ditemukan orang yang mengetahui keberadaan dan nasib SL Tobing beserta dua anak buahnya.

Imam dan Lukito lemas setelah mendengar penuturan orang itu. Diantara puluhan warga Kampung Cigalugur yang dibantai dan telah dikuburkan, memang terdapat tiga tentara.

Mereka dibantu warga melakukan penggalian kembali dan akhirnya didapati tiga jasad berseragam tentara tanpa kepala.

Lukito dan Suripto memastikan bahwa ketiga jenazah itu adalah SL Tobing, Iskandar dan Ujang.

Ketiga jenazah pejuang itu akhirnya dibawa dan kemudian dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Cikutra Bandung.

Kisah lain menyebutkan, sebelum terjadi tragedi pembantaian di Kampung Cigalugur, pasukan Batalyon 33 Pelopor yang beristirahat di situ sempat berkomunikasi dengan gerombolan.

Mereka meminta agar SL Tobing dan pasukannya bergabung dalam pasukan DI/TII. Namun permintaan itu ditolak dan bahkan tentara balik mengajak gerombolan bergabung bersama tentara.

Disebutkan pula, SL Tobing adalah sosok pria tinggi berwajah tampan dan memiliki seorang istri cantik bernama Poppy.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut