get app
inews
Aa
Read Next : PKB Jadi Partai ke-3 yang Didatangi Azies Rismaya Mahpud untuk Maju di Pilkada 2024

Cerita Rini “Ratu Kriuk” dari Modal Rp200.000 Kini Beromset Rp250juta Perbulan

Sabtu, 15 Januari 2022 | 17:00 WIB
header img
Cerita Rini “Ratu Kriuk” dari Modal Rp200.000 Kini Beromset Rp250juta Perbulan. (Foto: iNewsTasikmalaya.id/Nanang Kuswara).

TASIKMALAYA, iNews.id - Bisa dibilang dari usaha yang digeluti Rini lah yang merupakan owner “Ratu Kriuk” seluruh Indonesia kini mengenal lezatnya makaroni dari Tasikmalaya. 

Pasalnya, mulai dari pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa daerah lainnya sebanyak 43 agen seluruh Indonesia telah menjadi penjual makaroni produksinya di Perum Baitul Marhamah I Kelurahan Sambongpari, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya. Dengan omsetnya kini yang mencapai hingga Rp250 juta setiap bulannya Rini berbagi pengalaman selama 5 tahun menjalankan usahanya. 

Perjalanan bisnis Rini yang diawali pada tahun 2016 cukup menempanya untuk memiliki mental baja, dalam menjalankan usahanya yang diawali dengan menjual makaroni schotel. Diantarnya sendiri kepada pelanggan dengan harga dan biaya ongkos kirim yang tidak seberapa, hingga pulang terkena tilang yang justru harus membuatnya merugi. 

“Waktu itu niat saya bantu suami menambah penghasilan dengan cara jualan, makaroni schotel yang selama 7 bulan pada tahun 2016 itu saya geluti. Diantar sendiri kepada pelanggan, pokoknya pantang menyerah demi mendapatkan uang tambahan buat kebutuhan keluarga. Penghasilan saya itu rata-rata Rp60.000 perhari dan itu terus saya jalani dengan sabar dan terus berdo’a kepada Allah SWT agar diberikan jalan dan kemudahan dalam berusaha,” ungkap Rini disela-sela sharing bersama Komunitas Melek Bisnis (MelBi) di Kedai Kopi Cerita Sore Tundagan, Kota Tasikmalaya. 

Hingga kemudian, datang pesanan seorang teman dari Bandung yang meminta dikirimi makaroni khas Tasikmalaya. Rini yang penggemar makaroni Dadaha itupun membelinya disana, namun tidak dikirimkan kepada temannya. Melainkan di perjalanan justru menimbang-nimbang dan melihat kemasan serta memperhitungkan harga, bahan, dan berbagai hal dari makaroni tersebut dengan harapan bisa juga memproduksinya untuk berjualan. 

Tekadnya memang sudah bulat, ingin berjualan makaroni. Sehingga sesampainya dirumah, timbangan dari dapur diambilnya. Makaroni seharga Rp5.000 tersebut ditimbangnya yang ternyata beratnya 90gram saja dan baru berfikir bagaimana mendapatkan bahan dan bumbu untuk memulainya. 

“Saat itulah saya belanja makaroni ke Pasar Cikurubuk, dengan hanya membawa uang Rp200.000 saja itupun sebenarnya buat kebutuhan sehari-hari. Namun kemudian disalah satu toko disana saya justru diajari cara menggoreng dan diberikan resep bumbunya. Ini mungkin jalan yang Allah SWT mudahkan kepada saya,” kata Rini. 

Sedangkan kepada pemesan temannya, Rini berjanji akan mengirimkan makaroni yang dipesan namun dalam waktu yang tidak ditentukan. “Namun saat itu saya kemudian membeli bumbu lain untuk memodifikasinya, sehingga varian bumbu makaroni Ratu Kriuk saat ini beragam. Mulai pedas, pedas jeruk, keju, original, barbeque, dan lainnya,” jelasnya. 

Pertamakali produksi, Ratu Kriuk hanya menghabiskan 4kg makaroni saja. Hingga pada bulan Februari 2017, meminta bantuan kepada teman dan saudara agar turut memposting di media sosial berkenaan makaroni buatannya. Rekomendasi dari teman dan kerabatnya itulah yang kemudian membuat omset penjualannya merangkak naik, ditambah beriklan di sosial media serta endorse dari selebgram dan memanfaatkan penjualan di marketplace membuat order makaroninya nyaris tak terbendung. 

Hingga pada tahun 2018 mampu menambah tempat dengan mengontrak rumah untuk produksi, yang justru akhirnya bisa terbeli meski dengan cara mencicil kepada pemiliknya yang dilunasi sebelum masa kontrak habis. Trending di media sosial selalu diikutinya, sehingga konsumen yang berkeinginan membeli melalui sosial media mana pun tetap bisa dilayani oleh tim Ratu Kriuk. 

“Suami dulu pulang kerja ikut membantu menggoreng makaroni hingga jam 2 malam di teras rumah, pokoknya sekitar pertengahan 2017 itu bisa tembus habis 70kg makaroni dan berdo’a agar terus bisa bertambah. Alhamdulillah sekarang sudah memiliki tempat yang lebih refresentatif buat produksi, Allah SWT memudahkan segalanya bagi saya dan keluarga,” ujar Rini. 

Kini dengan omset berkisar antara Rp250 juta setiap harinya, Ratu Kriuk telah memiliki karyawan lebih dari 15 orang ditempat produksinya ditambah yang juga memproduksi bahan di daerah. Rini menekankan, siapapun yang menjalankan usaha yang pertama harus dimiliki adalah mental harus kuat, sabar, ulet, dan tetap berdo’a serta yakin kepada Allah SWT. Dia berharap, sharing yang dilakukannya memberikan manfaat dan memberikan semangat kepada siapapun yang tengah berjuang menjalankan usahanya.

 

Editor : Asep Juhariyono

Follow Berita iNews Tasikmalaya di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut