TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia berdampak pada penjualan hewan kurban sapi tidak terkecuali di Kota Tasikmalaya. Para pedagang hewan sapi kurban mengalami penurunan penjualan yang sangat drastis.
Seperti halnya disampaikan salah seorang pedagang hewan kurban di Jalan Sutisna Senjaya, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Adjat Sudrajat.
Menurutnya, saat ini penjualan sapi di mengalami penururan. Hal itu lantaran adanya wabah PMK yang menyerang ternak sapi di Indonesia.
Jika dibandingkan dengan sebelum ada wabah PMK, dikatakan Adjat, penjualan sapi untuk kurban sangat ramai. Lapaknya tidak pernah sepi dikunjungi oleh pembeli.
“Tahun lalu 300 ekor sampai 400 ekor sapi bisa terjual. Namun, saat ini dengan adanya wabah PMK baru terjual 35 sapi. Penururannya sangat drastis," kata Adjat, Kamis (30/6/2022).
Ia menuturkan, tahun lalu sapi yang dijual di lapaknya diperoleh dari daerah Probolinggo. Namun, lantaran daerah tersebut masuk zona merah PMK sehingga dirinya tidak berani mengambil sapi dari daerah Jawa Tengah.
Kini, dirinya hanya membeli sapi dari para peternak di wilayah Selatan Kabupaten Tasikmalaya dan Utara Kabupaten Ciamis. Hal itu lantaran ternak sapi di dua daerah itu masih menggunakan rumput sebagai pakan dan tidak terkena PMK.
"Saat ini saya hanya cari sapi yang berada di Tasikmalaya Selatan dan wilayah perbatasan Utara Ciamis yang tentunya tidak terkena PMK,” ujarnya.
Adjat menambahkan, kendati penjualan sapi mengalami penurunan, tapi harga sapi yang dia jual hingga saat ini masih stabil, dari kisaran dari Rp19 juta hingga Rp45juta.
"Untuk harga masih tetap sama, ada yang paling murah Rp19 juta dengan bobot daging bersihnya sampai 80 kilogram, dan paling mahal Rp45 juta dengan bobot daging bersihnya 8 kwintal," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono