Satu kandidat kuat lain, Jean Luc Melenchon, tersingkir pada putaran pertama dan tampaknya Macron mendapat untung dari limpahan suara kandidat yang didukung sebagian umat Islam itu.
Pada satu kesempatan Melenchon meminta kepada para pendukungnya untuk mengalihkan suara kepada Macron, sebaliknya melarang seorang pun pemilih untuk mendukung Le Pen.
Macron lolos dari kutukan 'hukuman pilpres' terhadap kandidat presiden yang menyebabkan Valery Giscard d'Estaing kalah pada 1981 serta Nicolas Sarkozy pada 2012. Francois Hollande juga memutuskan tidak mencalonkan diri untuk periode keduanya pada 2017 karena khawatir dengan kutukan ini.
Kemenangan itu tampaknya buah dari strateginya pada 2017 di mana dia menempatkan diri sebagai sosok 'progresif' liberal pro-Eropa melawan kelompok sayap kanan dan kiri 'populis nasionalis' yang mendukung Le Pen.
Dalam 5 tahun terakhir, pernyataan dan aksi Macron berusaha untuk mengonsolidasikan bipolarisasi yang berkontribusi membawa kemenangan dalam putaran kedua pilpres 2017.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait