BANJAR, iNewsTasikmalaya.id – Pemerintah Kota Banjar kembali meluncurkan inovasi sosial dalam memperkuat ketahanan pangan melalui program Menu Bergizi Gratis (MBG). Kali ini, pendekatan yang digunakan lebih menyentuh akar rumput dengan menghadirkan Dapur Sehat MBG, sebagai pusat distribusi makanan sehat berbasis partisipasi warga.
Program ini resmi diluncurkan Wali Kota Banjar Sudarsono di Kecamatan Langensari, Senin (14/7/2025). Dalam acara peresmian Dapur MBG Pratiwi, ia menegaskan bahwa program MBG bukan sekadar membagikan makanan gratis, tetapi juga menggerakkan potensi masyarakat dan memberdayakan ekonomi lokal.
“MBG bukan sekadar makan gratis. Ini adalah gerakan komunitas, harus berdampak luas dan nyata. Setiap sendok nasi harus membawa manfaat berlipat bagi warga sekitar,” ujar Sudarsono.
Dapur MBG diproyeksikan mengalirkan anggaran harian sekitar Rp30 juta, dengan kebutuhan bahan makanan yang besar dan beragam. Karena itu, keterlibatan masyarakat menjadi kunci utama. Mulai dari penyediaan sayuran, telur, tahu, hingga tempe, semuanya diupayakan berasal dari hasil tani dan peternakan lokal.
Pemerintah mendorong kolaborasi dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk memanfaatkan lahan pekarangan sebagai sumber pangan berkelanjutan. Tujuannya jelas: memperkuat cadangan bahan pokok di tengah fluktuasi pasokan, terutama tahu dan tempe yang kerap langka di pasaran.
“Kita ajak ibu-ibu bertani di pekarangan. Kita beli hasilnya untuk dapur MBG. Ini solusi untuk dua masalah sekaligus: ketahanan pangan dan ekonomi keluarga,” tambah Sudarsono.
Meski digerakkan secara komunitas, Sudarsono menegaskan bahwa kualitas dan higienitas tetap tak bisa ditawar. Ia mengingatkan bahwa makanan yang disajikan harus segar, aman, dan bergizi.
“Jangan sampai daging disimpan semalaman lalu disajikan. Kita ingin MBG menjadi contoh dapur sehat, bukan sekadar kenyang tapi benar-benar menyehatkan,” tegasnya.
Salah satu pelopor dapur sehat ini adalah Rossi Hernawati, pemilik Dapur MBG Pratiwi Langensari. Ia menyambut baik semangat kolaborasi warga dalam pelaksanaan program ini. Sejumlah ibu rumah tangga bahkan sudah dilibatkan sebagai tenaga dapur harian.
“Kami ingin dapur ini bukan hanya tempat memasak, tapi juga ruang pemberdayaan. MBG harus hadir sebagai manfaat nyata, terutama untuk anak-anak dan generasi penerus,” ujar Rossi.
Dengan konsep menyatukan kebaikan pangan dan gerakan sosial, MBG versi Banjar bukan sekadar program bantuan, tetapi menjadi ekosistem ekonomi lokal yang saling mendukung dan menguatkan dari dapur ke dapur.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait
