TASIKMALAYA, iNews.id – Geng motor marak di Kota Tasikmalaya dalam beberapa waktu terakhir ini. Perilaku geng motor di jalanan membuat keresahan di masyarakat. Saking geramnya, masyarakat pun berbuat dengan caranya sendiri dengan main hakim ketika didapati adanya gerombolan geng motor di lingkungannya.
Menyikapi kembali maraknya geng motor di kota berjuluk Kota Santri, Koordinator Generasi Muda Nahdlatul Ulama Miftah Farid mengatakan, fenomena geng motor yang kembali marak ini merupakan sebuah kekecewaan terhadap dirinya sendiri.
Mereka adalah orang-orang yang kalah dalam berkompetisi karena secara alamiah memang terjadi kompetisi.
“Kalau saya melihat geng motor ini adalah sebuah kekecewaan terhadap dirinya sendiri. Mereka ini kan usianya masih anak-anak pelajar. Mereka ini dalam masa pencarian jati diri. Kekecewaan karena secara alamiah terjadi kompetisi,” ujar Farid, Senin (14/2/2022).
Farid mencontohkan, orang-orang yang kalah dalam berkompetensi atau hanya sekadar hobi tidak memiliki potensi misalnya menjadi pembalap, akhirnya orang-orang kalah ini menghimpun diri menjadi sebuah organisasi atau kelompok.
“Mereka meluapkan kekecewaannya ini dengan cara bagaimana melakukan tindakan kriminal di jalan. Artinya potensi mereka ini harus diasah, hobi terhadap otomotif ini harus disalurkan, jangan sampai pemerintah dan masyarakat tidak memberikan ruang untuk menyalurkan hobinya,” kata dia.
“Inilah mungkin yang menjadi penyebab geng motor. Ditambah lagi dengan kondisi saat ini di mana masyarakat sudah jenuh dengan pandemi yang berlarut, sekolah tdak menentu ada yang PTM dan daring. Nah ruang-ruang ini yang digunakan mereka untuk berulah di jalanan,” sambung dia.
Di samping itu, kata Farid, orang tua yang memiliki anak usia remaja harus lebih memperhatikan anaknya jangan sampai sudah pukul 21.00 WIB masih keluyuran di luar rumah.
“Ketika orang tua memperhatikan anaknya, sedikitnya bisa mempersempit aktivitas mereka di jalanan,” ucapnya.
Lebih jauh aktivis pemuda Kota Tasikmalaya ini mengatakan, para guru dan kepala sekolah jangan berkilah ketika ada anak didiknya yang terlibat geng motor bahwa itu sudah di luar jam sekolah. Artinya itu kewajiban orang tuanya. Akan tetapi orang tua dan pihak sekolah harus bersama-sama memiliki tanggung jawab yang sama bahwa mereka ini adalah generasi penerus bangsa yang harus dijaga, dididik dan harus dibimbing.
“Broken Home bisa jadi faktor juga anak-anak ini terlibat geng motor, karena indikator mereka turun ke jalan salah satunya kondisi di lingkungan keluarga, lingkungan di mana dia tinggal dan lingkungan sekolah dan lingkungan bermain. Artinya setiap ruang ini harus diisi dengan hal yang positif. Faktor utama mereka masuk geng motor itu lingkungan,” tegas Farid.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait