Ia berangkat sebelum subuh dan kembali di rumah saat azan asar berkumandang. Kelelahan sudah menjadi bagian dari rutinitasnya karena setiap hari ia harus menempuh rute panjang Surabaya-Malang.
Selain itu, ia juga menghadapi berbagai risiko di sepanjang perjalanan selama berdagang. Namun, itulah jalan rezeki Mukhlasin, sebuah jalan yang mungkin tidak semulus jalan orang lain.
"Itulah yang ada. Tidak ada alternatif lain," katanya dengan ikhlas.
Oleh karena itu, bagaimanapun sulitnya, Mukhlasin selalu bersyukur. Bagi dia, yang terpenting adalah kebutuhan keluarganya terpenuhi dan kedua anaknya dapat terus bersekolah.
Saat ini, Mukhlasin mulai menikmati hasil dari kerja kerasnya selama ini. Putra bungsunya akan segera lulus dari SMA, sementara putra sulungnya telah bekerja di sebuah perusahaan pembuatan kapal di Jepang sambil kuliah.
Karier yang sedang ditempuh oleh putra sulungnya, Aldi Pratama (22), menjadi berkah tersendiri bagi Mukhlasin. Selain membantu secara finansial, Aldi juga dapat menyelesaikan pendidikannya tanpa harus merepotkan orang tua.
Setiap bulan, tabungan Mukhlasin terus bertambah karena ada kiriman dari anaknya di Jepang, yang cukup besar, antara Rp10 hingga Rp12 juta per bulan.
Namun, Mukhlasin mengaku tidak pernah menggunakannya kecuali untuk keperluan yang penting. Ia ingin tabungan itu digunakan untuk masa depan anaknya nanti.
"Suatu saat, dia akan menikah. Pasti akan membutuhkan banyak uang," katanya.
Perjalanan putra sulung Mukhlasin ke Jepang dimulai pada tahun 2020, setahun setelah lulus dari SMK Negeri di Malang.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait