"Saya hitung mahasiswa di kami itu ada 17 ribu orang, dosen ada 430, tenaga pendidiknya ada 160. Kalau ada bencana, kalau kita tidak siap nah itu akan berpotensi melipat gandakan korban," kata Setio.
"Kita ke lingkungan Unsil dulu, nanti kalau berhasil baru rencana selanjutnya kita akan mengaplikasikannya ke masyarakat. Kita akan lakukan simulasi dulu, kalau berhasil akan melakukan ke beberapa fakultas lalu ke masyarakat juga," paparnya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Kota Tasikmalaya, Ucu Anwar, menuturkan, BPBD Kota Tasikmalayaa diundang oleh LPPM Unsil dan HIMA GEO, untuk mengisi seminar tentang kegempaan di Kota Tasikmalaya.
"Dan kita berdiskusi apa yang harus dilakukan dan apa yang akan menjadi program kita ke depan dalam rangka sinergitas antara BPBD dengan Unsil," kata Ucu.
Ucu memaparkan, pihaknya sudah mengingatkan ke seluruh kampung yang ada di Kota Tasikmalaya tentang perlunya peningkatan kewaspadaan dalam rangka layanan keselamatan. Pasalnya, bencana tidak hanya gempa bumi saja, melainkan bencana non alam seperti kebakaran.
"Bukan hanya gempa bumi tapi bencana non alam, seperti kebakaran jadi peralatan untuk menanggulangi bencana terlebih dulu harus disiapkan, karena ini sudah saya ingatkan di kampus sendiri perlu peningkatan dalam rangka layanan keselamatan, terutama menghadapi gempa bumi maupun bencana kebakaran," kata Ucu.
Ucu menjelaskan, bahwa tingkat risiko kebencanaan jika dibandingkan dengan wilayah lainnya yang ada di Indonesia, Kota Tasikmalaya masih berada di rangking medium. Meski demikian, Ucu mengingatkan masyarakat untuk tetap mempunyai rasa kewaspadaan yang tinggi, terlebih, saat ini Kota Tasikmalaya dengan perkembangan pembangunan yang semakin pesat serta banyaknya gedung-gedung yang tinggi.
“Tingkat risiko kebencanaan kalau Kota Tasikmalaya ada di rangking medium. Tapi, karena Kota Tasik sekarang sudah berdiri beberapa gedung tinggi yang punya potensi kejatuhan dalam menghadapi kegempaan. Sehingga orang Kota Tasikmalaya harus memiliki kewaspadaan penuh ketika berada di beberapa gedung yang memilik lebih dari 2 lantai," ujar Ucu.
"Ketika kita masuk ke satu gedung maka kita harus punya kehati- hatian, satu, untuk mengetahui jalur evakuasi, kedua, kenali dulu potensi kebakarannya, apakah tersedia boks hidran atau APAR dan kemana harus berlari seperti tangga daruratnya sebelah mana," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait