TASIKMALAYA, iNews.id – Unit Transfusi Darah (UTD) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soekardjo Kota Tasikmalaya, setiap bulannya menemukan darah yang reaktif terhadap virus penyebab HIV/ AIDS dalam labu darah yang didonorkan.
Jika dikalkulasikan dalam setahun, UTD RS dr Soekardjo sedikitnya menemukan 12 orang yang darahnya reaktif terhadap virus berbahaya penyebab HIV/AIDS dalam labu darah yang didonorkannya.
Alhasil, labu darah tersebut kemudian dimusnahkan. Sedangkan laporan kemudian disampaikan ke Poliklinik Teratai untuk ditindaklanjuti sebagai temuan baru kasus HIV/AIDS, hingga kemudian dilakukan pendampingan terhadap orangnya. Setelah itu dilakukan pemeriksaan lanjutan, hingga proses pendampingan sebagai ODHA yang dilakukan oleh pihak berwenang.
Kepala Ruangan UTD RSUD dr Soekardjo Kota Tasikmalaya Rina Suhartini menjelaskan, kendati UTD masih kelas pratama, tapi proses screening labu darah yang dilakukannya menggunakan metode yang sudah canggih. Yakni menggunakan metode Chemiluminescence Immunoassay (ChLIA) untuk uji Infeksi Menular Melalui Transfusi Darah (IMLTD) terhadap 4 penyakit yakni Hepatitis B, Hepatitis C, HIV, dan Sifilis.
“Metode ChLIA itu tingkat akurasinya 98 persen hingga 99 persen. Namun, kami tidak memvonis seseorang itu terpapar virus tersebut, makanya laporan kami sampaikan ke pihak lain yang lebih berwenang. Namun, sebagai bagian dari pelayanan kami siap memfasilitasi hendak dibawa pemeriksaan lanjutan kemanapun,” ungkap Rina.
Dikatakan dia, pihak berwenang itulah yang juga kemudian nanti akan melakukan pendampingan terhadap setiap orang yang dilaporkan darahnya tidak bisa dipergunakan untuk pendonor karena terpapar virus berbahaya. Pasalnya, ada metode khusus dengan standar yang benar untuk melakukan penanganan terhadap orang-orang tersebut.
“Jika dikalkulasikan, setiap bulan ada sekitar 20 labu darah yang terpaksa kami musnahkan. Selain terpapar virus HIV/AIDS, ada juga yang terpapar Hepatitis dan Sifilis. Mereka tetap kami tangani dan orangnya dipanggil melalui poliklinik yang lebih berwenang untuk bisa mendapatkan pengobatan lanjutan,” kata Rina.
Kebutuhan darah di UTD RSUD dr Soekardjo sendiri setiap bulannya mencapai sekitar 1.200 labu darah dan dipastikan selalu defisit atau kekurangan sebanyak 200 labu. Untuk memenuhinya kemudian pendonor pengganti dari pihak keluarga pasien yang akhirnya disarankan kepada pihak keluarganya, jika memang tidak ada stock darah tersedia di UTD.
Secara kelengkapan UTD RSUD dr Soekardjo yang telah berjalan beberapa tahun lamanya ini memang telah memenuhi standar aturan permenkes dengan standar pelayanan pratama. Saat ini kelengkapan dari berbagai pembenahan terus dilakukan, di mana setiap bulannya dilakukan pelaporan serta evaluasi yang juga dilaksanakan setiap tahunnya.
“Kalau ada temuan labu darah yang terpapar virus HIV/AIDS atau virus lainnya maka akan ditindaklanjuti proses penanganan pengobatannya,” ucapnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait