Guna mencegah anak agar tidak menderita stunting, hal yang harus dilakukan dan dijaga adalah pola asuh, pola asupan gizi dan harus dilihat perkembangan terhadap anak itu sendiri.
"Harapan kami, bisa meningkatkan ibu peduli dan meningkatkan pengetahuan warga tentang stunting. Sehingga di Kelurahan disini tidak ada terjadi anak yang stunting," tandasnya.
Sementara, ketua pelaksana kegiatan yang juga dosen di Unsil, Betty Rofatin, menuturkan, kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan berbasis Tridharma Perguruan Tinggi yakni pengabdian masyarakat.
Dikatakan dia, peningkatan kesehatan masyarakat yang dilakukan pihaknya tersebut tentang bagaimana mengurangi risiko stunting. Data kasus stunting di Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya, sendiri sekitar 25 persen.
"Ternyata di Kecamatan Bungursari ini tingkat stuntingnya paling tinggi yaitu sekitar 25 persen. Makannya kami mengadakan pengabdian ke Posyandu Anis," jelas Betty.
Menurutnya, pencegahan stunting pada balita harus dilakukan sedini mungkin dengan memperhatikan asupan nutrisinya dari mulai dalam kandungan sampai usia anak mencapai 2 tahun.
Betty berharap, dengan adanya aplikasi Fe-MNHY ini, masyarakat bisa mengetahui cara pencegahan stunting.
"Jadi itu harus diperhatikan tentang gizinya. Kalau misal tidak diperhatikan masalah gizinya, nantinya tumbuh kembang anak itu terhambat dari daya pikirnya, dari pertumbuhan fisiknya, jadi sehingga mereka itu jadi lebih pendek dibandingkan anak seumurannya," ujarnya.
"Jadi kita memperkenalkan metode aplikasi Fe-MNHY kepada warga seperti yang telah disampaikan tadi oleh pemateri, bagaimana pencegahan agar para ibu hamil atau ibu balita ini nantinya mampu mencegah anaknya dari stunting," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Kader Posyandu Anis, RW 08, Kampung Gunung Tujuh, Kelurahan Sukarindik, Kecamatan Indihiang, Iis Hanipah, mengatakan, pihaknya sangat berterima kasih atas program kesehatan pengabdian dari 3 perguruan tinggi di Jabar tersebut.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait