“Total ruangan ada 7 dan yang rusak ada 4 lokal, 2 ambruk dan hanya satu ruangan yang masih baik,” ujarnya.
Ia menuturkan, sejak kejadian ambruknya ruang kelas beberapa tahun lalu, pihaknya telah melaporkannya dan mengajukan untuk perbaikan ke pemerintah. Namun, sampai saat ini belum ada bantuan untuk renovasi ruang kelas yang rusak.
“Langsung dilaporkan saat itu juga. Agar anak-anak bisa tetap belajar warga gotong royong membangun ruang kelas darurat. Ini swadaya masyarakat membangun kelas darurat untuk siswa,” ucapnya.
Dikatakan Asep, kendati proses belajar mengajar di ruang kelas darurat yang terbuka tidak efektif, tapi kondisi tersebute terpaksa dilakukan karena memang tidak ada lagi tempat untuk dijadikan ruang kelas.
“Kalau belajar di luar memang tidak efektif. Namun alhamdulillah tetap semangat anak-anak dan guru. Kalau turun hujan, anak-anak terpaksa belajar di rumahnya masing-masing,” kata dia.
Asep menambahkan, saat ini jumlah murid yang terdaftar di SDN Sinagar sebanyak 117 orang. Dia berharap, pemerintah segera merespon kondisi sekolahnya yang memang sudah sangat mengkhawatirkan dan membahayakan saat proses kegiatan belajar mengajar di ruang kelas.
“Harapannya cepat ditanggapi pemerintah dan pembangunannya cepat. Alhamdulillah meski di tempat terpecil, tapi anak-anak memiliki prestasi,” tandasnya.
Salah seorang siswa kelas 5 yang bejalar di ruang kelas darurat, Muhamad Iqbal Akbar, mengatakan, ia bersama teman-temannya belajar di luar sejak Senin (10/10/2022). Hal tesebut lantaran ruang kelasnya tidak bisa digunakan karena sudah lama rusak.
“Belajar di sini gak nyaman karena banyak gangguan, harapannya sekolah bagus lagi,” ucapnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait