TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Kasus pembunuhan dan mutilasi puluhan kucing hingga saat ini masih diselidiki Satreskrim Polres Tasikmalaya Kota. Sebagai bahan penyelidikan, polisi pun telah memeriksa sejumlah saksi dan mengambil dokumentasi bangkai-bangkai kucing yang telah dikubur di sekitar Pasar Indihiang Kota Tasikmalaya.
“Kita masih selidiki pelakunya. Untuk saksi-saksi kita sudah mintai keterangan sebanyak 5 orang,” ujar Kasat Reskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Agung Tri Poerbowo, belum lama ini.
Kasus pembunuhan dan mutilasi puluhan kucing ini pun mendapat perhatian dari masyarakat terutama para pecinta kucing, tidak terkecuali pengamat sosial yang juga pakar metafisika Mbah Gareng.
Menurut Mbah Gareng, perbuatan pelaku pembunuhan dan mutilasi kucing sangat biadab terlebih bangkai-bangkai kucing dibiarkan begitu saja di sekitar pasar. Ia menilai, ada beberapa kemungkinan yang bisa melatarbelakangi perbuatan keji tersebut, seperti halnya dilakukan oleh orang dengan gangguan kejiwaan (ODGJ) atau pun perbuatan itu sekadar membuat kegaduhan atau teror semata.
“Saya bisa lebih yakin pelaku pembunuhan kucing ini adalah orang yang sakit secara kejiwaannya, dan kalau pun tidak, pelaku pasti ingin meneror orang lain dengan motif tertentu. Apabila betul, sungguh saya sangat mengecam aksi tersebut," ujar Mbah Gareng, Sabtu (8/10/2022).
“Kalau motifnya kan kita tidak tahu karena memang pelakunya juga belum ditemukan. Namun, bisa saja hal ini diduga dilakukan oleh ODGJ. Kalau pun ada masyarakat yang mengaitkan dengan sebuah syarat untuk mencapai ilmu kesaktian tertentu karena ada bagian organ dalam kucing yang hilang, itu memang berkaitan dengan hal-hal yang memang dipercayai oleh sebagian orang,” sambungnya.
Ia menjelaskan, sejauh ini memang ada keilmuan yang menggunakan media kucing sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi. Namun, biasanya kucing yang dikorbankan akan diperlakukan layaknya jenazah manusia, seperti dimandikan dan dikafani lalu dikuburkan.
“Tumbal kucing ini memang masih ada yang mepercayai dapat menjadikan orang menjadi sakti secara keilmuan, tapi biasanya tidak dilakukan secara terang terangan. Yang saya pahami, memang ada keilmuan yang mengorbankan kucing sebagai syarat. Jadi kalau memang kasus ini adalah untuk keilmuan, saya baru menemuinya karena kucing diperlakukan tidak sewajarnya dan biadab sekali,” ungkapnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait