TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Para pemilik toko dan pedagang di kawasan Jalan Cihideung Kota Tasikmalaya memprotes dan keluhkan proyek pelebaran trotoar untuk dibangun pedestarian.
Protes yang dilakukan para pemilik toko dan pedagang Cihideung tersebut bukan tanpa alasan. Dengan adanya proyek tersebut, para pemilik toko dan pedagang mengaku menjadi kesulitan akses jalan di depan tokonya karena adanya galian untuk drainase.
Di samping itu, rencana penutupan Jalan Cihideung pun dinilai akan menyulitkan akses jalan untuk kendaraan. Apalagi pada saat bongkar muat barang.
Salah seorang pemilik toko, Andi (55) mengatakan, dia bersama para pemilik toko lainnya merasa kaget dan keberatan dengan adanya penutupan jalan Cihideungn menggunakan seng. Hal tersebut membuat akses jalan ke toko menjadi terhambat.
"Umumnya kami semua dikagetkeun dengan penutupan jalan Cihideung. Saya bukannya tidak setuju dengan adanya pekerjaan drainase, ataupun proyek yang katanya akan dijadikan "Marlioboronya" Kota Tasikmalaya. Namun, saya minta Jalan Cihideung ini tidak ditutup,” kata Andi, Selasa (19/7/2022).
Menurutnya, rumah toko (ruko) dan rumah-rumah warga di kawasan Jalan Cihideung sudah ada sejak sebelum kemerdekaan. Keberadaan ruko dan akses ke rumah warga tentunya membutuhkan akses jalan untuk kendaraan.
Dengan adanya proyek penggalian dan akses jalan ditutup sangat berdampak terhadap penjualan para pedagang.
“Perekonomian baru saja membaik sejak adanya pandemi Covid-19. Dengan adanya proyek ini toko pun menjadi sepi. Apalagi nanti kalau akses jalan kendaraan ini ditutup semua,” ujarnya.
“Jalan Cihideung ini merupakan pusat bisnis bukan tempat rekreasi, kalau tempat bisnis tidak ada kendaraan yang melintas mau gimana, kalau tempat rekreasi oke-oke aja," sambung Andi.
Ia menuturkan, penutupan jalan juga tentunya berdampak pada aktivitas masyarakat lainnya. “Bagaimana kalau ada yang sakit, kebakaran, yang belanja juga tidak mau kalau kendaraannya tidak bisa masuk, ini artinya mematikan ekonomi Cihideung," tuturnya.
Andi mengaku, sejauh ini pihaknya tidak pernah mendapatkan sosialisasi dari pemerintah. Bahkan adanya proyek ini diketahuinya dari pemberitaan yang ada di media.
“Saya baru tahu di berita saja, bahkan tidak ada sosialisasi apapun, dan kami pun langsung datang ke sana (Pemkot) untuk bertemu dengan Wali Kota untuk menyampaikan apsirasi, tapi Wali Kota tidak ada," pungkasnya.
Pantauan di lapangan, anggaran yang digunakan untuk proyek pembangunan pedestarian di Jalan Cihideung dengan objek pekerjaan pembangunan penataan trotoar berasal dari dana alokasi umum (DAU) dengan total anggaran sebesar Rp5.489.410.000 dengan masa pekerjaan selama 110 hari.
Sebelumnya, Proyek pelebaran trotoar untuk pedestarian di jalan pusat perkotaan khususnya di Jalan HZ Mustofa dan Jalan Cihideung, Kota Tasikmalaya, menuai protes. Proyek pelebaran trotoar mirip Malioboro-nya Yogyakarta tersebut, mendapat protes dari para juru parkir, pedagang kaki lima (PKL) dan pemilik toko, saat masuknya dua alat berat pada Minggu (17/7/2022) malam.
Pantauan iNewsTasikmalaya.id, di jalan pusat pertokoan di Kota Tasikmalaya ini tampak kemacetan kendaraan panjang. Dua alat berat pun tampak berada di depan toko dan menggali bagian jalan pada Senin (18/7/2022).
Di sepanjang jalan pengerjayaan proyek pelebaran trotoar pun dipasang pagar sejenis spandek untuk menyekat jalan. Para PKL yang berada disekitar trotoar pun protes lantaran dagangan mereka menjadi sepi pembeli dan tak ada pemberitahuan sebelumnya.
"Saya malam di sini (jalan HZ) jualan sampai pukul 09.00 WIB malam, tapi belum ada alat berat dan ditutup asbes seperti ini jalannya jadi sempit. Saat pagi-pagi ke sini, lapak jualan saya dan pedagang sudah terhalang pagar jadi sepi," jelas salah seorang juru parkir, Endar (54), di lokasi Jalan HZ Mustofa, Senin (18/7/2022) siang.
Endar bersama para juru parkir lainnya kini kebingungan. Dua alat berat tiba-tiba masuk dan dipasang pagar proyek tanpa adanya pemberitahuan sebelumnya. Mereka hanya bisa pasrah meski kebingungan dengan penghasilan keseharian yang sangat mengandalkan dari pekerjaannya.
“Tidak ada pemberitahuan sebelumnya, soalnya katanya masuk alat berat dan pemagarannya malam hari. Kami bingung, unuk makan keluarga dari mana? Soalnya bingung nanti penghasilan kami lahannya dari mana?" ujarnya.
Hal senada disampaikan salah seorang pedagang, Rohman (53) yang tokonya terhalang oleh lokasi proyek pelebaran trotoar yang tiba-tiba menutup setengah badan jalan pada malam hari.
Ia menyebut, hal itu membuat para pembeli kesulitan parkir baik motor maupun mobil dan susah untuk menuju tokonya.
"Saya bingung ini, kok seenaknya saja main tutup dan datang alat berat. Kenapa tidak ada komunikasi serius dulu sama para pedagang. Kalau begini kan, kami yang rugi," kata Rohman.
Wali Kota Tasikmalaya Muhammad Yusuf membenarkan bahwa kawasan Jalan HZ dan Cihideung akan dijadikan semi pedestarian mirip Malioboro di Yograkarta. Para PKL nantinya akan ditata lebih baik sehingga tak terkesan semerawut.
Sedangkan untuk lahan parkir, rencananya ditempatkan di sekitar jalan penyangga kedua jalan agar lebih tertata dan terlihat rapi. Selain itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Tasikmalaya juga berencana memasang pesawat bersejarah untuk mempercantik Taman Kota Tasikmalaya.
"Sekarang sudah mulai pengerjaan. Nah, kalau teknis pengerjaannya semuanya oleh Dinas PUTR Kota Tasikmalaya. Bisa ditanyakan langsung teknisnya bagaimana,” ucap Yusuf.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait