“Pegangan pedang emas yang indah akan menghiasi sisi pelacur kerajaan, sementara cermin perunggu dan ratusan cincin emas, banyak yang dicap dengan huruf, angka dan simbol yang penuh teka-teki, anting-anting dan manik-manik kalung emas membangkitkan kemegahan aristokrasi pedagang yang melakukan transaksi sehari-harinya, manifes pengiriman stempel, di kompleks istana," lanjut tulisan Kingsley.
Mengapa kerajaan runtuh tidak diketahui. Kingsley berspekulasi bahwa itu mungkin jawaban Asia untuk Pompeii, yang menjadi korban letusan gunung berapi di Indonesia. "Atau apakah sungai yang berlumpur dan sulit diatur itu menelan seluruh kota?" ujarnya.
Tanpa penggalian resmi, bukti yang dapat menjawab pertanyaan seperti itu akan hilang. Harta karun yang sekarang diambil oleh para nelayan hanya dijual sebelum para arkeolog dapat mempelajarinya dengan benar, berakhir dengan pedagang barang antik, sementara para nelayan yang menggunakan peralatan selam dan ember yang berbahaya menerima sedikit dari nilai sebenarnya.
“Mereka hilang dari dunia,” Kingsley memperingatkan. “Paket besar, termasuk patung Buddha berukuran besar yang menakjubkan yang dihiasi dengan permata berharga, telah hilang dari pasar barang antik internasional. Baru ditemukan, kisah naik turunnya Sriwijaya sekarat lagi tanpa diceritakan.”
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait