get app
inews
Aa Text
Read Next : NasDem Ciamis Luncurkan Liga Mahasiswa, Dorong Anak Muda Aktif di Dunia Politik

Peternakan Puyuh Ala Sainah di Ciamis: Inovasi Hijau, Hemat Biaya dan Ramah Lingkungan

Sabtu, 10 Mei 2025 | 18:00 WIB
header img
Peternakan Puyuh Ala Sainah di Ciamis Inovasi Hijau, Hemat Biaya dan Ramah Lingkungan. Foto: Istimewa

CIAMIS, iNewsTasikmalaya.id – Di tengah perbukitan hijau Desa Cikaso, Kecamatan Banjaranyar, Kabupaten Ciamis, seorang perempuan tangguh bernama Sainah membuktikan bahwa peternakan bisa dijalankan dengan cara yang lebih sehat, bersih, dan ramah lingkungan.

Ia mengusung konsep peternakan terpadu yang menggabungkan budidaya puyuh petelur dengan pembesaran maggot larva lalat Black Soldier Fly (BSF)  sebagai solusi cerdas dan berkelanjutan.

Peternakan puyuh konvensional dikenal memiliki sejumlah tantangan, mulai dari biaya pakan yang tinggi hingga pengelolaan limbah kotoran yang kerap memicu bau tak sedap. Namun, Sainah memutar haluan. Ia menggunakan limbah kotoran puyuh sebagai media budidaya maggot. Hasilnya? Pakan alternatif yang lebih murah, bergizi, dan sekaligus mengurangi limbah.

“Dengan maggot, kotoran puyuh tidak terbuang sia-sia. Justru menjadi sumber kehidupan baru untuk maggot, yang kemudian menjadi pakan tambahan bagi puyuh itu sendiri. Sirkulasi yang saling menguntungkan,” ujar Sainah saat diwawancarai pada Sabtu (10/5/2025).

Maggot yang dibesarkan dalam biopond siap panen setelah 10 hingga 12 hari. Setelah melalui berbagai percobaan, ia menemukan formula ideal: 30 persen pakan maggot dicampur dengan 70 persen pakan pabrikan.

“Hasilnya luar biasa. Puyuh lebih sehat dan produksi telur meningkat,” tambahnya.

Sainah memulai usahanya dengan hanya 500 ekor puyuh. Kini, jumlahnya sudah mencapai 4.500 ekor. Lonjakan populasi itu seiring dengan kenaikan produksi telur dari semula 36 kilogram menjadi 42 kilogram per hari.

“Alhamdulillah, hasilnya sangat terasa. Biaya operasional lebih ringan, limbah berkurang, dan lingkungan sekitar juga jadi lebih bersih,” ungkapnya.

Kandang yang dulunya dipenuhi aroma menyengat kini lebih nyaman. Limbah kotoran tak lagi mengendap, melainkan langsung diolah menjadi media hidup maggot. Ini tidak hanya membantu menjaga kebersihan kandang, tapi juga menjauhkan risiko penyakit.

Sistem yang dikembangkan Sainah ini ia beri nama Rikrik Gemi, sebuah filosofi lokal yang berarti “hemat dan efisien.” Tapi lebih dari sekadar irit biaya, pendekatan ini telah menjelma menjadi model peternakan masa depan yang lebih ramah lingkungan, mengedepankan efisiensi tanpa mengorbankan kualitas.

Model ini layak menjadi inspirasi bagi para peternak di wilayah lain. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan meminimalkan limbah, peternakan puyuh kini bisa menjadi lebih hijau, lebih sehat, dan lebih menguntungkan.

“Semua ini bermula dari kemauan untuk berinovasi. Saya yakin, kalau kita sayang terhadap lingkungan, maka lingkungan pun akan membantu kita untuk terus berkembang,” tutup Sainah.

Editor : Asep Juhariyono

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut