JAKARTA, iNewsTasikmalaya.id - Inilah kisah anak tukang sayur, Pratama Arhan yang jadi bintang sepak bola nasional menarik untuk dibahas.
Dalam ajang Piala AFF 2020 punggawa Timnas Indonesia ini adalah salah satu pemain yang hampir tidak tergantikan di skuat Garuda.
Tak disangka, pemain yang kini tergabung dalam klub Liga 2 Jepang Tokyo Verdy itu berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Perjuangannya hingga bisa menjadi pesepak bola sukses tersebut menjadi inspirasi bagi kaum muda.
Meski dalam keterbatasan, pemain berusia 20 tahun itu mampu membuktikan diri dengan kerja kerasnya dalam menjadi pesepak bola profesional. Ia adalah salah satu pemain yang tampil menonjol di skuad asuhan Shin Tae-yong di Piala AFF 2020 lalu.
Pemain yang berposisi sebagai bek kiri itu berkontribusi besar membawa Indonesia menjadi runner-up turnamen edisi kali ini. Ia sebenarnya telah lama mendapatkan kepercayaan Shin Tae-yong untuk memperkuat Timnas Indonesia sejak dari tim kelompok umur.
Pemain yang dibesarkan oleh PSIS Semarang itu kemudian masuk dalam skuad Garuda U-19 dan U-23 dan masuk Timnas senior sejak Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia.
Arhan hampir tidak tergantikan dalam skuad utama Indonesia di Piala AFF 2020. Bek muda itu mencatatkan torehan apik dalam enam penampilan di sepanjang kompetisi tersebut. Tercatat, ia menorehkan dua gol dan dua assist sepanjang turnamen.
Kisah Pratama Arhan, Anak Tukang Sayur yang Jadi Bintang Ada kisah penuh perjuangan dari Pratama Arhan untuk bisa sampai ke lapangan hijau. Pencapaian pemain kelahiran Blora 21 Desember 2001 itu tak lepas dari perjuangan sang ibu, Surati.
Dilansir iNews.id dari Sindonews, Kamis (25/8/2022), Arhan berasal dari keluarga yang jauh dari kata mampu. Dia merupakan anak tukang sayur yang tinggal di rumah sederhana berlantaikan tanah.
Surati adalah seorang penjual sayur keliling yang berutang sana-sini untuk membelikan sepatu sepak bola dan membayar pendaftaran turnamen Pratama Arhan. Sedangkan sang ayah adalah seorang pekerja serabutan.
Arhan mulai mencintai sepak bolanya sejak Sekolah Dasar. Kala itu dia sering bermain dengan bola plastik.
"Arhan dari kelas dua SD udah main bola plastik di depan rumah tetangga dengan anak-anak yang lain, karena di sini tidak ada lapangan bola," kata Surati dikutip dari Sindo.
Bakat dan kualitas yang dimiliki Arhan sebenarnya tidak didapat begitu saja. Dia juga mengasah kemampuannya bersama SSB Putra Mustika di Blora, mengikuti jejak kakaknya.
Arhan kecil tidak pernah absen saat latihan di SSB. Hujan dan panas terik tidak pernah mengendurkan kecintaannya kepada sepak bola.
“Dia itu walaupun hujan, walaupun terik, tidak pernah bolos sekolah bola. Satu minggu itu tiga kali dia masuk terus, gak pernah absen bolanya,” sambung Surati.
Kala bergabung bersama SSB, Arhan pernah kesulitan membeli sepatu sepak bola. Dia pernah terpaksa bermain dengan sepatu sepak bola seharga Rp25 ribu.
Kondisi ekonomi keluarga membuat sang pemain kesulitan mendapat perlengkapan latihan memadai. Ibu dan ayahnya sampai harus menjual barang di rumah terlebih dahulu untuk membelikan putra kesayangannya itu sepatu bola yang layak.
"Dulu kami memang susah sekali, utang sana-sini. Dulu dia tidak punya sepatu, tidak punya 25 ribu, dan itu pun sekali dipakai udah jebol,” kata Surati.
Keterbatasan itu tampaknya tidak membuat Arhan patah semangat. Mantan pemain PSIS Semarang itu berhasil membuktikan diri menjadi salah satu pemain muda terbaik Tanah Air saat ini.
Sejak Maret 2022, Arhan dikontrak Verdy selama dua tahun hingga Januari 2024 mendatang. Klub kasta dua Jepang itu tertarik pada pemuda Blora tersebut karena potensinya untuk berkembang lebih baik di masa depan.
Tokyo Verdy terkesan dengan performa Arhan bersama Timnas Indonesia di Piala AFF 2020. Kendati demikian, Arhan masih jarang dimainkan oleh Tokyo Verdy di Liga 2 Jepang.
Publik Tanah Air tentunya berharap Tokyo Verdy kembali menurunkan Arhan supaya performanya semakin terasah. Pasalnya, kesempatan bermain yang minim berpotensi dapat membuat Arhan sulit berkembang lebih jauh.
Editor : Asep Juhariyono