
TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Menjelang malam takbiran Idul Fitri 1446 H , suasana di Kampung Pasanggrahan, Desa Margalaksana, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Tasikmalaya, semakin hidup dengan bunyi dentuman khas meriam bambu atau lodong. Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun ini menjadi bagian tak terpisahkan dalam menyambut hari kemenangan.
Sejak Minggu (30/3/2025) sore, para pemuda setempat terlihat sibuk menyiapkan lodong di area persawahan. Mereka menggunakan bahan utama seperti bambu, pohon aren, dan pohon pinang yang dikenal kuat dan tahan terhadap tekanan ledakan.
Salah satu pemuda, Sigit Maulana, menjelaskan bahwa pembuatan lodong memerlukan teknik khusus agar menghasilkan suara yang nyaring.
"Kami menggunakan bambu, aren, dan pinang. Kali ini ada 10 batang bambu, 2 pohon aren, dan 3 pohon pinang yang kami siapkan," ujar Sigit sambil memperlihatkan salah satu lodong terbesar berbahan pohon aren sepanjang 8 meter dengan diameter lubang 10 cm.
Untuk menciptakan ledakan khasnya, warga mencampurkan kalsium karbida (karbit) dengan minyak tanah dan air sebagai bahan bakar. Tahun ini, mereka telah menyediakan 20 bungkus karbit agar tradisi tetap berlangsung sepanjang malam takbir.
Bagi warga Kampung Pasanggrahan, tradisi ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga **momen silaturahmi bagi para perantau yang pulang ke kampung halaman.
"Setiap tahun kami selalu menyalakan lodong sebagai bagian dari perayaan malam takbiran. Ini bukan hanya tradisi, tapi juga simbol kebersamaan dan rasa syukur kami," tambah Sigit.
Dentuman meriam bambu akan terus terdengar sejak sore hingga pagi hari, menciptakan suasana meriah dan penuh semangat dalam menyambut Idul Fitri. Tradisi ini menjadi bukti bahwa warisan budaya leluhur tetap lestari di tengah kemajuan zaman, membawa kebahagiaan bagi seluruh warga Kampung Pasanggrahan.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait