Sebelum perayaan Imlek, masyarakat Tionghoa di Banjar melaksanakan berbagai ritual dan tradisi. Salah satunya adalah Er Si Sheng An, sebuah prosesi sembahyang yang dilakukan untuk menghormati malaikat dapur bernama Co Kun Kong.
"Malaikat dapur ini dipercaya mencatat amal baik keluarga dan melaporkannya kepada Tuhan. Sebelum Imlek, kami juga berbagi kebaikan dengan sesama, baik kepada masyarakat Tionghoa maupun kepada mereka dari agama lain," tambah Setiadi.
Tradisi berbagi ini juga dimaknai sebagai upaya menanamkan toleransi antarumat beragama. "Berbagi adalah implementasi arti kedamaian itu sendiri," ungkapnya.
Selama perayaan Imlek, berbagai tradisi khas tetap dilestarikan, seperti bagi-bagi angpau, mengunjungi sanak saudara, dan berbagi sembako. Tradisi ini tidak hanya dilakukan di kalangan masyarakat Tionghoa, tetapi juga melibatkan masyarakat lintas agama.
"Contohnya, hari ini kami membagikan sembako kepada masyarakat, baik yang Tionghoa maupun dari agama lain. Ini wujud rasa syukur sekaligus memperkuat toleransi," ujar Setiadi.
Setiadi berharap, masyarakat Tionghoa dapat menjalankan ibadah dan tradisi Imlek dengan damai tanpa ada tekanan dari pihak mana pun. Menurutnya, menjaga harmoni dan toleransi di Indonesia adalah tugas bersama.
"Harapan kami sederhana, yaitu agar kami dapat menjalankan ibadah sesuai keyakinan tanpa ada tekanan dari mana pun. Kami ingin terus menjaga kedamaian dan toleransi di masyarakat," pungkasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait