TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id – Tanggal 2 Oktober diperingati sebagai Hari Batik Nasional. Pada 2024, peringatan ini terasa lebih istimewa dengan tema Bangga Berbatik.
Hari Batik Nasional merupakan momen penting yang dirayakan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia, menandai pengakuan UNESCO atas batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi, yang menegaskan pentingnya batik sebagai identitas budaya Indonesia.
Sejak penetapannya sebagai warisan dunia, Hari Batik Nasional menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya melestarikan kekayaan budaya ini.
Di Indonesia, banyak perajin batik yang tersebar di berbagai daerah, salah satunya di Tasikmalaya yang memiliki motif khas seperti Batik Sukapura dan Batik Merak Ngibing.
Di Kota Tasikmalaya, Kelurahan Nagarasari, Kecamatan Cipedes dikenal sebagai pusat produksi batik.
Salah satu perajin yang terkenal di sana adalah Enok Sukaesih, pemilik Rumah Batik Tasik CV Agnesa, yang telah beroperasi sejak 1970. Terletak di Jalan Ciroyom (Cigeureung), pusat batik ini kini mulai pulih setelah melewati berbagai tantangan.
"Batik, alhamdulillah lancar-lancar saja. Mudah-mudahan ke depannya semakin banyak peminat untuk batik tradisional. Kami memproduksi batik tradisional asli, bukan batik modern. Sekarang, alhamdulillah, mulai bangkit lagi," ujar Enok, saat ditemui di pusat batiknya.
Enok menyebut, salah satu motif yang saat ini paling diminati oleh masyarakat adalah motif Payung Geulis, yang menjadi ciri khas Tasikmalaya. Di Nagarasari, terdapat puluhan perajin batik, baik batik cap, batik tulis, maupun kombinasi keduanya.
"Motif yang paling banyak diminati sekarang adalah yang khas daerah, seperti motif payung dan merak ngibing. Kami membuat batik cap, tulis, dan kombinasi," jelasnya.
Untuk proses pembuatannya, batik cap biasanya selesai dalam tiga hari, sedangkan batik cap dua warna memakan waktu hingga seminggu.
Sementara itu, batik tulis kombinasi membutuhkan waktu lebih lama, bisa mencapai lebih dari seminggu, bahkan ada yang memakan waktu sebulan untuk batik tulis halus.
Di tengah persaingan dengan batik luar negeri, Enok tidak merasa khawatir. Ia fokus pada kualitas dan keaslian produk batiknya.
"Kami selalu membuat produk terbaik, berkualitas, dan asli. Tidak perlu takut tersaingi, karena orang pasti mencari yang asli," ungkapnya.
CV Agnesa yang didirikan sejak 1970, kini mempekerjakan sekitar 40 orang. Meski menghadapi berbagai tantangan, seperti kenaikan harga bahan baku dan krisis moneter, Enok tetap optimis.
"Kita pernah mengalami masa-masa sulit, terutama saat krisis ekonomi dan pandemi Covid-19, tapi alhamdulillah, kami bisa melewati semua itu," ungkapnya.
Ia juga memberikan tips bagi para pemula yang ingin terjun ke dunia batik. "Yang terpenting adalah kerja keras dan inovasi. Jangan monoton, terus kembangkan kreativitas," pesannya.
Sebagai perajin batik, Enok, berharap batik tradisional semakin dicintai oleh masyarakat dan mendapat dukungan penuh dari pemerintah.
"Semoga ke depan pemerintah semakin mendukung dan memberikan perhatian lebih kepada para perajin batik untuk terus maju," tutupnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait