Menurut Usin, penyebab penurunan harga yang tajam belum sepenuhnya jelas, tetapi ia mencatat bahwa harga mulai anjlok sejak kemunculan Badan Penyangga dan Pemasaran Cengkeh (BPPC) pada tahun 1990-an.
“Dulu, saya pernah menyimpan cengkeh selama lima tahun karena harga turun tajam. Baru dijual ketika harga mulai naik,” katanya.
Darisman, seorang petani dan pengepul cengkeh di Desa Cieurih, juga merasakan dampak penurunan harga.
Ia menyampaikan, bahwa dua bulan lalu, harga cengkeh masih sekitar Rp100 ribu per kilogram, namun kini turun menjadi Rp60 ribu per kilogram.
“Dari setiap pohon, kami biasanya bisa memanen sekitar 2 kilogram cengkeh kering. Panen cengkeh sangat bergantung pada musim, seperti yang terjadi pada tahun 2023. Terakhir kali panen raya adalah pada tahun 2019,” jelas Darisman.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait