TASIKMALAYA, iNewsTasikmalaya.id - Iptu Jajat Jatnika, yang saat ini menjabat sebagai Kapolsek Tanjungjaya, Polres Tasikmalaya, dikenal tidak hanya sebagai anggota polisi, tetapi juga sebagai penggemar tanaman bonsai.
Pria kelahiran Sumedang, 20 Mei 1983, mengaku sudah lama tertarik dengan bonsai, meski baru mulai serius menekuni hobi ini pada 2019.
"Ketertarikan terhadap bonsai sudah lama ada. Namun, keinginan untuk memiliki tanaman bonsai baru muncul pada tahun 2019, saat saya diajak oleh anggota saya mengunjungi sebuah galeri bonsai di Banjar," kata Jajat kepada iNewsTasikmalaya.id, Selasa (25/6/2024).
Di belakang Mako Polsek Tanjungjaya, tempat ia bertugas, terdapat lahan kosong berukuran 12x10 meter yang sebelumnya merupakan kolam. Kini, lahan tersebut diisi oleh puluhan tanaman bonsai milik Jajat dan anggota lainnya.
"Hobi ini tidak mengganggu fokus utama saya sebagai anggota Polri yang bertugas memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat. Saya mengurus bonsai hanya saat ada waktu luang," ujarnya.
Jajat, yang telah menjadi polisi sejak 2003, menyebut bahwa selain membeli, ia juga mencari bonsai di hutan bersama saudaranya. "Ada yang saya beli, ada juga yang saya cari di hutan bersama saudara. Meski mencari di hutan, kami tidak merusak lingkungan, justru turut melakukan penghijauan," tuturnya.
Saat ini, Jajat memiliki banyak tanaman bonsai, dengan sekitar 30 tanaman yang masih dalam proses pembentukan. Jenis bonsai yang ia miliki antara lain Beringin Kimeng, Beringin Arjuna, Beringin Piit, Sianci, Anting Putri, Saeng Simbur, Ampelas, Kaliage/Sisir, Cemara Black Fine, Mirten, Waru India, Sancang, dan Cendrawasih.
"Bonsai adalah tanaman atau pohon yang dikerdilkan dalam pot dangkal untuk membuat miniatur dari bentuk asli pohon besar yang sudah tua di alam bebas. Seni ini mencakup berbagai teknik pemotongan, pemangkasan, dan pembentukan cabang serta akar dengan kawat," jelasnya.
Menurut Jajat, pembuatan bonsai memakan waktu lama dan melibatkan berbagai pekerjaan seperti pemupukan, pemangkasan, penyiraman, dan penggantian pot serta tanah.
"Tanaman adalah makhluk hidup, dan tidak ada bonsai yang dapat dikatakan selesai atau sudah jadi. Perubahan yang terjadi terus-menerus pada tanaman sesuai musim atau keadaan alam adalah salah satu daya tarik bonsai," ungkapnya.
Jajat juga aktif dalam komunitas bonsai SIMATA (Singaparna, Mangunreja, Tanjungjaya) di bawah naungan Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI) Kabupaten Tasikmalaya.
Ia juga pernah terlibat dalam pameran dan kontes bonsai, meskipun belum pernah mengikuti acara di luar Tasikmalaya.
"Hobi ini juga bisa menghasilkan tambahan ekonomi. Saya pernah menjual bonsai dengan harga antara Rp600 ribu hingga Rp7 juta. Bahkan, saat ini ada bonsai Beringin Kimeng setinggi 50 cm milik saya yang ditawar hingga puluhan juta," tandasnya.
Editor : Asep Juhariyono
Artikel Terkait